Menjaga Olahraga Indonesia

 

MEMBINA dan membiayai Olahraga bukan hanya tanggungjawab Pemerintah saja, melainkan banyak pihak yang juga harus peduli berapapun mereka bisa memberi.

Ada CSR (Corporate Social Responsibility) yang menjadi tanggungjawab para pengusaha besar maupun kecil yang seharus memang sudah melekat sejak komitmen melakukan usaha dibidang apapun itu.

Memang CSR tidak hanya untuk Olahraga, namun yang lebih penting juga banyak, seperti untuk masyarakat  tidak mampu, daerah tertinggal, yatim iatu dan sebagainya.

Jika perusahaan mampu mengatur dengan baik CSR ini, maka banyak manfaat bisa diperoleh oleh yang membutuhkan.

Olahraga termasuk kaum yang membutuhkan bantuan CSR ini. Tentu kriterianya sudah ada.

PTP Nusantara VII, salah satu contohnya. Perusahaan ini punya sejarah membagi CSR untuk olahraga bukan hanya saat ini memang.

Seperti diungkapkan Diraktur Utama PTPN VII Kedaton, Ryanto Wisnuardhy saat memberikan bantuan peralatan cabang olahraga Selam berupa Kompresor tipe Bauer Poseidon PE100 (Gasoline) melalui Kominte Olahraga Nasional Indonesia (KONI) provinsi Lampung, bahwa PTPN sudah sejak dulu berpartisipasi di dunia olahraga.

Salah satunya melahirkan sprinter Indonesia Mardi Lestari yang pada tahun 1988. Pelari kelahiran Binjai 1 Juli 1968 itu memecahkan rekor nasional dan rekor Asia Lari 100 meter dengan catatan waktu 10.20 detik.

Menurut Ryanto, pembinaan atlet dilakukan berkelanjutan. Karena Mardi Lestari lahir di wilayah perkebunan PTPN di Medan dan itu terus dibina PTPN.

Jangan Dilihat Harganya, Lihat Manfaatnya

Melihat bantuan atau kepedulian pihak lain itu jangan selalu melihat berapa besarnya dengan ukuran uang, memang. Tetapi ada hal yang lebih dalam harus dilihat yakni manfaat dan efek sampingnya di masyarakat itu sendiri.

Saya melihatnya, PTPN VII dalam situasi sulit seperti ini masih melihat olahraga sebagai satu dari bagian CSR yang mereka harus bantu.

Diharapkan kepedulian ini disamber oleh yang lain. Toh tidak harus besar, tidak harus buuanyak, tetapi tepat sasaran dan memang dibutuhkan saat itu.

Inilah yang sebenarnya justru sangat bermanfaat.

Jauh sebelumnya, banyak yang sudah menggagas soal ‘bapak angkat’ dalam olahraga. Dan mungkin meskipun tidak booming, sudah pernah berjalan juga baik ditingkat nasional.

Seperti yang dilakukan PT Djarum Kudus, PT Gudang Garam, Bank BNI, Petro Kimia Gersik, Bank Mandiri dan di Lampung juga ada Bank Lampung, Gunung Madu, PTPN VII, Bukit Asam, PT Cocacola Indonesia dan sebagainya.

PTPN VII membangkitkan ingatan kita tentang sebuah kepedulian terhadap olahraga yang secara nyata diberikan. Bukan hanya bicara, namun memberinya sebuah fakta. Ini mungkin awalnya, belum tahu nanti kelanjutannya, dan diharapkan akan semakin intens dan diikuti oleh yang lain.

Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit.

Mari jadilah sebagai Yang Melakukan, jangan hanya Yang Membicarakan. Jangan hanya mulutnya tetap actionnya.

Terima kasih pak Ryanto, Terima kasih PTPN VII, atas perhatiannya terhadap olahraga.

Terima kasih pula kepada para tokoh peduli olahraga yang secara sporadis baik perorangan maupun organisasi sudah turut membangun olahraga Indonesia.

Terima kasih pula kepada semuanya yang saat ini baru bisa mengkritik, dan memberi saran kepada dunia olahraga, karena kritik yang membangun juga adalah sebuah sumbangan yang bermanfaat.

Kecuali yang hanya mencari kesalahannya saja, tanpa melihat ada benarnya sedikitpun. Meskipun ini juga diperlukan dalam percaturan kehidupan ini.

 Selamat Hari Olahraga Nasional 2021, Hidup Indonesia, Jayalah Olahraga Indonesia.

Salam Olahraga.

Penulis: Edi Purwanto, wartawan olahraga.

Tags