Satu atau Dua Digit Nanti Dulu, Loloskan Cabor Ke PON Dulu lah ...

BANDARLAMPUNG --- Tahun 2023 menjadi tahun yang amat penting bagi dunia olahraga Indonesia, mengingat sepanjang tahun ini, lebih dari 60 cabang olahraga melakukan seleksi untuk seluruh atlet yang ada, sebagai syarat bisa bertanding di pesta olahraga empat tahunan negeri ini, yakni Pekan Olahraga Nasional (PON).

PON sudah memasuki periode ke XXI yang akan dihelat untuk pertama kalinya di dua provinsi, yakni Sumut dan Aceh. Tentu dengan pembagian cabor yang sudah disepakati bersama.

Untuk bisa berangkat ke Sumut dan Aceh memang tidak mudah, meskipun ada beberapa yang melenggang dengan mengantongi wild card. Atau untuk para atlet tuan rumah yang secara otomatis lolos ke PON.

Namun untuk atlet peserta daerah lainnya tentu harus menempuh perjuangan yang berat dan perjalanan mendaki terjal di kompetisi baik melalui Prakualifikasi PON (Pra PON) maupun melalui Pekan Olaharaga Wilayah (Porwil) ini khusus untukpulau Sumatera dan hanya untuk 9 atau 10 cabang olahraga saja.

Bagi provinsi Lampung, kebiasaan meloloskan atletnya dari Porwil memang cukup banyak. Meskipun bukan cabang olahraga unggulan bagi Lampung, namun beberapa tahun belakangan bisa meraih medali emas dari atlet yang lolos Porwil.

Salah satunya adalah Mitra Waruwu di cabang Muaythai. Mitra menggantikan posisi Zainuddin yang membawa tiket PON dari Porwil Bengkulu.

Ini sebuah situasi yang tidak biasa. Prestasi By Accident. Dan tidak semua cabor bisa melakukan hal ini. Dan yang terbaik adalah lolos dan berprestasi By Design.

Cabor lain yang juga sudah membuktikan mampu mendulang medali yang lolos dari Porwil adalah Tinju Putri, dimana Nabila lolos ke final PON Papua, meskipun harus puas dengan medali perak.

Nah sekarang, dua cabor ini tidak masuk dalam daftar yang dipertandingkan di Porwil, tentu akan tergantung dengan Pra PON masing-masing.

Lolos Dulu Baru Bicara Target

Tugas berat bagi seluruh cabang olahraga untuk berjuang lolos ke pesta terbesar olahraga se Indonesia itu. Jika dipersentase, maka 75 persen faktor lolosnya atlet tergantung pada atlet itu sendiri. Sisanya adalah dukungan materiil dan moril.

Cabang olahraga akan menjadi berkekuatan berlipatganda, jika didukung oleh KONI dengan tepat. KONI yang punya tugas memberikan dukungan finansial kepada Cabor. Jika KONI nya smart, bisa memberikan hal yang baik kepada cabor, maka bukan hal yang tidak mungkin itu melipatgandakan kemampuan.

Jika KONI nya keliru mengambil keputusan, maka di sini awal dari bencana di lapangan akan terjadi. Keliru itu ada dua unsur memang. Sengaja atau tidak paham.

Yang harus diingat, jangan mudah memprediksi peluang yang seolah-olah sudah pasti. Sebab dunia ini tidak ada yang pasti, kecuali kematian.

Salah satu kekeliruan terbesar masa lalu adalah prediksi yang “ngalembono” (Cuma ingin menyenangkan saja - red), dan akhirnya banyak predikisi mis.

Mencanangkan target itu bukan hal yang haram, dengan alasan apapun itu. Apakah alasannya untuk meningkatkan optimistis atau penyemangat dan sebagainya. Yang sering dilupakan dalam menetapkan target adalah situasi yang realistis.

Contohnya: Bagi Lampung, tidak akan mungkin mampu untuk menyapu bersih medali di satu cabang olahraga yang memperebutkan lebih dari 5 emas. Misalnya Senam, Angkat Besi, Panahan dan lain-lain.

Pada PON Papua, Senam yang mentargetkan 3 medali emas dari Pengprov Persani, tetapi di KONI berubah menjadi 7 medali emas, atas target yang ditetapkan Satgas KONI. Ini jangan sampai terjadi lagi. Yang realistis saja.

Saat ini jangan dulu bicara target di PON mau satu digit atau dua digit. Bicaranya adalah berapa atlet yang akan lolos dengan kualitas di ranking 1 sampai 3. Kalau lolos dengan ranking 8-9, itu hanya akan menjadi peserta pelengkap. Itu bukan teori, tetapi pengalaman.

Kontingen Lampung sama dengan Cabor dan KONI, artinya satu kesatuan. Harus ada kesesuaian yang realistis sekarang. Harus diubah pola pikir lama dengan mentargetkan semaunya, atau berdasarkan bantuan yang diberikan oleh KONI.

Ada struktur tanggung jawab yang harus dipahami. Masyarakat – dalam hal ini masyarakat olahraga - pasti akan melihat ukuran keberhasilan KONI adalah ranking berapa di klasemen akhir PON.

Mereka nggak mau tahu, bagaimana cara mencapainya dan siapa aktor terpentingnya. Yang terlihat saja, hasil akhir dari PON.

Jadi, jangan berbicara soal target, kalau belum tahu atlet yang lolos ke PON. Ini bukan ngajarin yaa. Ngingetin  dan sumbang saran saja.

Ketimbang merevisi pernyataan, lebih baik memforsir tenaga, kemampuan dan biaya untuk meloloskan sebanyak mungkin atlet Lampung ke PON. Itu saja.

Baru bicara, Lampung Satu Digit. Misalnya. ***

Diposting 3 April 2023. Penulis: Edi Purwanto, wartawan olahraga.