Biar Gerimis Mengundang, Keroncong Gayeng Mengumandang di Lampung Post Garden Festival II

DL/03022023/Bandarlampung

---- Arena Lampung Post Garden Festival (LGF) II, tetap menghangat meskipun cuaca hujan rintik yang membasahi Kota Bandar Lampung sejak sore hari.

Namun komunitas Keroncong Gayeng Lampung tampil mengumandang bersama para “buaya kerocong” Lampung, Kamis malam 2 Pebruari 2022.

Banyak yang tidak menyangka, para buaya dan sesepuh keroncong yang hadir bukan saja dari bandarlampung namun juga yang berasal dari Poncowati dan Kota Gajah Lamteng, Kota Metro, Tanjung Bintang dan Natar  Lamsel, Gedongtataan Pesawaran. Cuaca hujan tak menyurutkan langkah mereka.

Panggung yang berada diantara tenda-tenda tenant di LGF II ini menjadikan pemandangan makin eksotis dalam balutan irama keroncong asli dan lagu Indonesia popular yang diiringi dengan nyaman oleh orkes keroncong Gayeng.

Pergelaran dibuka dengan alunan instrumentalia lagu Bengawan Solo yang terasa lambat dan dingin. Namun perlahan suasana menjadi makin hangat saat kolaborasi pemain dan penyanyi keroncong dari berbagai daerah tampil rancak, solid dan gayeng.


Hadirnya Keroncong Gayeng ditengah perhelatan LGF II yang berlangsung sejak 26 Januari  sampai 5 Pebruari itu 2023 menandakan bahwa semangat para pemusik dan praktisi Keroncong masih menyala.

“Ini benar-benar membanggakan. Ditengah hujan gerimis dan tanah basah seperti ini, namun para buaya keroncong dari berbagai daerah ini bisa hadir dengan semangat yang luar biasa, tanpa syarat. Ini jelas memberikan kesan positif bahwa musik keroncong masih sakti,” kata Gino Vanoli, koordinator keroncong Gayeng kepada media ini disela lantunan lagu-lagu keroncong malam itu.

Menurutnya, jika saja cuaca terang benderang sangat dimungkinkan halaman LGF II akan penuh dengan para penggemar keroncong ini. Keroncong Gayeng memang digadang menjadi ruang bagi para musikus dan penyanyi keroncong di Lampung untuk bersilaturahmi.

“Keroncong Gayeng Lampung sebagai wadah silaturahmi, tempat saling berbagi kebahagiaan dengan main bersama, berkolaborasi untuk terus membangun kebersamaan nampaknya makin meluas, menjangkau sudut-sudut Lampung.” Tambah Gino.

Menurutnya masih ada rasa optimistis yang membuncah bahwa iklim permusikan keroncong akan makin kondusif, meriah dan gayeng.

“Eksistensi grup keroncong terus bermunculan, tidak saja oleh para senior, sesepuh dan para maestro, namun generasi milenial dengan racikan keroncong yang lebih kekinian, juga terus bermunculan, menarik dan keren. Ini luar biasa dan harus didukung nyata,” ujar Gino.

Malam itu karena kondisi gerimis, para partisipan keroncong harus rela duduk berpencar ke beberapa lokasi tenda-tenda tenant yang ada. “Ini malah tambah berkesan, keroncongan sambil gerimisan,” ujar seorang bapak dari Bandarjaya sambil tertawa.

Ini menunjukkan betapa keroncong tidak lagi terkesan musik loyo yang membuat ngantuk. Apalagi beberapa partisipan juga menyanyikan beberapa genre lagu yang diiringi music keroncong, bahkan lagu daerah Batak, Sai Anju Am Au dan Anak Sekolah oleh seorang mahasiswi yang malam itu sengaja hadir untuk menikmati dan menjajal bernyanyi genre keroncong.

Panggung yang semestinya ditutup pukul 21.00 akhirnya pecah dan baru berakhir pukul 23.10 menit. Malam yang indah membersamai rintik hujan yang insya Allah menjadi berkah. (don)