Hasil Porprov 2022 Kontingen Lambar Penuh Pro-kontra
DL/29122022/LAMPUNG BARAT
----- Penuh pro-kontra hasil dari Pekan Olahraga Provinsi
(Porprov) Lampung Ke-IX tahun 2022 di Lampung Barat (Lambar), antara atlet yang
kecewa merasa tidak diperhatikan dengan tercapainya target medali yang dicapai,
Kamis 29 Desember 2022.
Salah satu atlet Cabang Olahraga (Cabor) Atletik yang
tidak ingin identitasnya dipublikasi mengeluh karena kurangnya sarana dan
insentif yang didapatkan saat pelaksanaan porprov, dan tidak adanya uang pembinaan.
"Kami hanya diberikan uang lima ratus ribu rupiah
sebagai pesangon selama mengikuti perlombaan. Tidak seperti porprov sebelumnya
sebesar satu juta rupiah. Bahkan sepatu yang kami pakai saat bertanding adalah
sepatu pada porprov 2017 lalu," ungkapnya.
"Aku sih mengeluhkan itu saja, sudah berapa kali
lomba tidak ada apresiasi sama sekali. Berapa kali raih medali untuk Lambar
tapi tidak ada penghargaan berupa materi atau uang pembinaan. Bahkan bulan
kemarin saya berhasil juara, tapi ya itu cuma dapat piagam doang enggak dikasih
apa-apa," tambahnya.
Pernyataan tersebut ditanggapi Ketua Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia (PASI) Lambar, Darmawan mengungkapkan, jika keluhan atlet
tersebut tidak semuanya benar, terkait uang pembinaan akan diberikan pada tahun
2023 mendatang.
"Karena memang biasa nya begitu. Pada 2017 lalu di
anggarkan untuk atlet yang menyabet medali emas mendapatkan uang pembinaan Rp
11 juta rupiah, medali perak Rp 6 juta
rupiah, dan medali perunggu Rp 4 juta rupiah. Dan anggaran di tahun 2023
mendatang sudah kita ajukan dengan besaran yang sama seperti di tahun 2017
lalu," ungkapnya.
Wakil Ketua I KONI Lambar, Iwan Setiawan menjelaskan jika pada perhelatan Porprov, PON, SEAgames, Asian Games tidak ada hadiah uang. "Oleh karena itu apresiasi dari pihak pemerintah adalah pemberian tali asih yang sedang kami usahakan," jelas Iwan.
"Terkait pakaian yang didapat dan uang saku itu
tergantung dari induk cabor bukan dari KONI, karena mungkin dari induk cabor
itu punya ketentuan lain. Dan ada juga cabor lain yang mengurusi segalanya
karena lokasi pertandingan yang berbeda," sambungnya.
Selain terkait insentif tali asih atau uang pembinaan
yang baru akan diusahakan melalui APBD Lambar, target capaian KONI Lambar pada
perhelatan Porprov juga menjadi sorotan.
Melalui yang disampaikan Ketua KONI Lambar Parosil Mabsus
pada saat pengukuhan kontingen Kamis (1/12) lalu, jika pihaknya optimis berada
pada tiga besar Porprov 2022.
Namun, optimisme tersebut jauh dari harapan. Kontingen
Lambar hanya mampu berada pada urutan 10 klasemen akhir dibawah Kabupaten Way
Kanan dengan 45 medali emas, 32 medali perak dan 69 medali perunggu.
Capaian kontingen Lambar yang berada pada posisi ke 10
klasemen akhir tersebut menimbulkan dua sisi pendapat yang berlawanan.
Ketua Harian KONI Lambar, Bambang Kusmanto menerangkan,
jika capaian itu merupakan prestasi yang luar biasa karena melampaui dari
target yang akan dicapai.
"Ini merupakan capaian yang luar biasa, dari target
kami 30 medali emas ternyata tercapai 45 medali emas, tentu saya mewakili ketua
umum Bapak Parosil Mabsus menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh
kontingen," ujarnya.
Sementara itu, akademisi pemerhati Lampung Barat, Dr.
Yunada Arpan mempunyai pandangan yang berbeda terkait hal tersebut.
"Ya, kita harus berikan apresiasi kepada para atlet
yang telah berjuang keras untuk meraih prestasi terbaik. Tetap bersyukur
meskipun saya juga tidak merasa ada sesuatu yang istimewa. Secara objektif
prestasi yang telah diraih Lampung Barat adalah hal yang biasa-biasa saja.
Justru saya melihat ini merupakan suatu kemunduran bagi organisasi KONI Lampung
Barat," ucap Yunada.
Menurutnya, pembinaan KONI dikatakan berhasil jika
prestasi yang diraih paling tidak sesuai dengan rencana atau target yang
ditetapkan.
"Saya melihat data dibeberapa Media yang kredibel,
terlihat bahwa ada statemen yang kontradiktif. Pada awalnya Ketua KONI saat
mengukuhkan kontingen Lambar menargetkan juara ke-3, atau naik dari posisi 7 di
tahun 2017. Saya hanya melihat pada Medali Emasnya saja ya. Tahun 2017
perolehan 27 medali emas dan masuk dalam posisi 7, sedangkan pada tahun 2022
dapat 45 emas tetapi turun pada posisi 10.
Perolehan medali emas betul meningkat dari 27 mejadi 45 atau kenaikan
63%, tetapi peringkat turun dari urutan 7 ke 10," paparnya.
Sementara lanjutnya, jumlah cabang olahraga meningkat
dari 22 menjadi 33. Sedangkan tambahan medali emas naik dari 488 menjadi 887
atau naik 81.7%.
"Anehnya, salah satu Media pada minggu ini
memberitakan statemen pengurus KONI setempat, bahwa Lambar telah mencapai
raihan lebih dari target yang semula hanya target 30 medali emas tetapi bisa
bawa pulang 45 dan dikatakan melebihi target meski jeblok urutan posisi dari 7
ke posisi 10," ujarnya.
Bahkan dirinya menganalogikan jika hal tersebut mirip the
law of deminishing return, yaitu tingkat hasil lebih yang makin berkurang,
pialanya bertambah tapi urutan peringkat yang menurun.
"Padahal jika hanya karena alasan bertambahnya
piala, Kabupaten kota yang lain juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Bahkan
Way Kanan naik 381%, Tanggamus naik 290%. Artinya semua Kabupaten/Kota juga
bertambah bukan hanya Lambar," tuturnya.
“Lah, kan ada tambahan hampir 400 medali emas. Ini kan
terasa lucu dan rancu, statement hanya target menambah 3 medali emas (dari 27
menjadi 30) padahal tersedia tambahan hampir 400 medali emas. Kemudian sesumbar
pula target mau juara ketiga. Saya kira aneh metode ataupun cara forecast-nya,
gimana cara ngitung rasionya?,” ujarnya heran.
Yunada juga menuturkan, jika target 30 medali emas
tersebut tampak hanya mencari posisi aman dan tidak progresif.
"Tampak sekali target 30 medali emas hanya cari aman
dan tidak progresif, hanya cari posisi nyaman tentram. Belum lagi ada beberapa
keluhan dari atlet yang terpublis di media massa, termasuk simpang siur jumlah
anggaran, ada tertulis 3 ratus juta ada yang sebut 8 ratus juta. Termasuk
rencana tali asih yang masih dalam rencana, katanya akan diberikan tahun 2023
mendatang," jelas Yunada.
“Pertanyaanya, apakah kemaren sudah teranggarkan, atau
nanti dari ABT atau Perubahan Anggaran atau lain-lain sumber. Namun yang jelas
menurut saya harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh, auditnya juga libatkan
stakeholder atau pemangku kepentingan lainnya," pungkasnya. (igun)
Comments