Ken Ingatkan Masyarakat Jangan Lengah, Kemungkinan NII Bangun Kembali
DL/bandarlampung/Politik/14012025
---- Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center
atau Pusat Rehabilitasi Korban NII Ken Setiawan mengapresiasi langkah aparat
dan pemerintah yang telah mendukung dan menfasilitasi pembubaran dan
ikrar setia NKRI kelompok Jamaah Islamiyah di beberapa daerah di Indonesia. ?
?Terutama Densus 88 yang saat ini lebih fokus
mengoptimalkan kegiatan pencegahan terorisme sehingga sejak tahun 2023 sampai
sekarang tahun 2025 tidak terjadi aksi terorisme.
?Tapi Ken menyampaikan bahwa deklarasi pembubaran
kelompok Jamaah Islamiyah tersebut jangan kemudian dimaknai sebagai akhir dari
kewaspadaan kita terhadap aksi terorisme di tanah air.
?Menurut Ken, Induk dari semua kelompok terorisme di
Indonesia adalah NII, kemudian Jamaah Islamiyah itu hanyalah salah satu
sempalan dari kelompok NII yang melahirkan aksi teror bom bali dan kasus teror
selanjutnya.
“?Sebelum terjadi kasus bom Bali, di Indonesia sudah
banyak terjadi kasus terorisme yang di lakukan oleh tokoh tokoh NII, terutama
sejak tahun 1975 di Jawa dan Sumatra yang dikenal sebagai Komando Jihad
(Komji),” Jelas Ken.
?Di Sumatera Utara pada Juni 1976, kelompok NII merampok
di Batang Sereh, Belawan, mereka juga meledakkan bom di tempat hiburan seperti
Bioskop.
?Aksi teror lainnya, mengebom Rumah Sakit Imanuel di
Bukit Tinggi, Gereja Methodis, dan Perguruan Budi Murni, meledakkan tempat
hiburan Bioskop Ria dan Bar Apollo di Medan.
?Di Padang, NII meledakkan Masjid Nurul Iman dengan
melempar granat saat gelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an. Setelah itu pada 1980,
NII melakukan perampokan di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, di
Kecamatan Banjarsari, Ciamis. Mereka berhasil meraup uang hampir Rp 20 juta.
?Selanjutnya, pada 1981, 14 anggota Komando Jihad
menyerang empat polisi di Bandung. Keempat orang anggota polisi dibantai hingga
meninggal. “Mereka juga melakukan pembajakan pesawat DC-9 Woyla milik Garuda
pada 28 Maret 1981,” tambahnya.
??Pengeboman Candi Borobudur oleh tokoh NII pada 21
Januari 1985 dan kasus makar NII di Talangsari Lampung tahun 1989 yang akhirnya
bisa dipadamkan oleh A. M Hendropriyono
yang saat itu menjabat sebagai Komandan Korem Garuda Hitam Lampung.
?Menurut Ken, bisa jadi belum seluruh anggota organisasi
terlarang tersebut telah sepakat sepenuhnya dengan keputusan tersebut untuk
kembali ke NKRI.
?”Kita masih ingat Agus Sujatno, pelaku kasus bom bunuh
diri di Polsek Astana Anyar Bandung tahun 2022 yang juga dilakukan oleh
kelompok NII yang ditangkap dan sudah dipenjara, namun setelah keluar dipenjara
justru melakukan aksi bom bunuh diri.
?Selain itu, kita tahu bahwa selama ini ada juga kelompok
radikal dan pelaku teror lain yang berada di luar kontrol dan masih
mengidolakan tokoh tokoh NII seperti kelompok Muhammad Yusuf Tohiri (MYT)
dan Ajengan Masduki serta aliansi kelompok NII yang saat ini menamakan dirinya
kelompok Dauroh Islamiyah.
?Bahkan tak tertutup kemungkinan bibit-bibit radikalisme
muncul bukan dari lingkaran lama melainkan dari orang-orang yang terpapar
pemikiran kekerasan secara mandiri dari media sosial.
?Menurut Ken, kelompok NII gaya baru seperti Dauroh
Islamiyah bisa berpotensi menjadi bibit aksi terorisme lone wolf karena
memusuhi warga masyarakat lain yang dianggap layak diperangi atau juga yang
berkesimpulan bahwa secara ideologis dan keyakinan tidak menyepakati bentuk
negara NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
?Apalagi saat ini kelompok NII gaya baru melakukan
metamorfosa dengan melakukan penyusupan ke masyarakat melalui kegiatan
kemanusiaan seperti membangun yayasan yatim piatu dan duafa serta melakukan
seminar enterprenuer pelatihan pelatihan ketrampilan sehingga banyak masyarakat
khususnya kalangan anak muda bisa tertarik dan akhirnya direkrut menjadi
anggota NII.
?”Diharapkan masyarakat jangan lengah, saat ini
banyak jaringan kelompok radikalisme dan terorisme melakukan propaganda dengan
cover melakukan kegiatan sosial dimasyarakat melalui yayasan kemanusian. Bisa
jadi mereka sudah ada di sekitar kita.” Tutup Ken. (tim)
Comments