PAPPRI, Ini Tantanganmu: Kita Kehilangan Festival Tahunan Yang Keren

BANDARLAMPUNG --- Jika masih ada yang ingat “Bintang
Radio dan Televisi” (BRTV), maka usianya sekarang mungkin sudah kepala 3 atau 4
yaa.
Ini sebuah festival menyanyi, seni suara, solo song atau
apalah sebutannya, yang rasanya sangat melegenda di dunia musik Indonesia, dan
sudah menelorkan puluhan bintang yang berkualitas dalam bidang tarik suara itu.
BRTV sekarang memang sudah tidak ada, tinggal Bintang
Radio RRI saja yang masih berjalan, meskipun tidak sepopuler dulu.
Coba kita simak sejarah lomba tarik urat leher ini dari
akarnya. Sejak diselenggarakan pada
1951, Bintang Radio (RRI) sudah menjadi ajang terbaik di masa itu untuk
menjaring penyanyi berasal dari semua RRI di wilayah Nusantara.
Pada masanya, Bintang Radio (RRI) menghasilkan
penyanyi-penyanyi rekaman besar seperti Sam Saimun, Bing Slamet, Ping Astono,
dan Pranajaya.
Inilah para juara Bintang Radio (RRI) angkatan pertama
yang suaranya direkam oleh perusahaan piringan hitam Lokananta.
Lalu ada generasi, Titiek Puspa, Ivo Nilakresna, Olan
Sitompul, Harvey Malaiholo, Rafika Duri, dan Andi Meriem Matalatta (almh).
Bintang Radio RRI sampai sekarang masih dan berlangsung
seperti apa adanya, begitu saja. Tentu kalah gaungnya dengan ajang pencarian
bakat yang banyak dilakukan oleh televisi swasta yang satu kelebihannya bisa
ditatap visualnya dan dikemas dengan gaya entertainment total yang mampu
membuat Indonesia berpaling berjam-jam di layar kaca.
Namun bukan bermaksud mengecilkan cara ajang yang lain,
yang kebanyak dengan polling penonton untuk menilainya.
Yang saya ingin katakan bahwa dalam roh nya Bintang Radio
RRI itu ada sebuah cara penjurian yang bertanggungjawab. Tidak menggunakan
polling, yang tentu mengandung bisnis yang luar biasa.
Saat ini RRI butuh tangan-tangan trampil dan berkompeten
menggarap dan meramu Bintang Radio itu tampil kekinian tanpa meninggalkan sisi
akurasi dalam penjurian.
Maka dari itu, mungkin ini salah satu tantangan yang
dihadapi organisasi besar yang membidangi penyanyi dan pencipta lagu, yakni
PAPPRI – Persatuan Artis Penyanyi dan Pencipta Lagu Rekaman Indonesia.
Nah. Tunggu apalagi. Ini project yang ada didepan mata
tinggal bagaimana mengemasnya kemudian meramu, kemudian menjual dan seterusnya.
Rasanya RRI juga tidak akan berkeberatan untuk
berkolaborasi bersama PAPPRI dalam arti luas, tidak sekedar memainkan satu program
keren ini agar bisa bertambah keren.
Kalau pada awalnya, Bintang Radio dan Televisi itu dibagi
menjadi tiga jenis yakni Keroncong, Seriosa dan Pop Hiburan, maka saat ini
semua bisa diserasikan dengan atmosfirnya jaman ini.
Belakangan jenis Seriosa dihilangkan dan kemudian diganti
dengan lagu Daerah, lalu Keroncong juga semakin melemah. Kenapa? Ya karena
tidak ada yang peduli untuk mengapresiasi.
Lihatlah sekarang perkembangan pemusik-pemusik muda di
laman Youtube.com, betapa musik Keroncong menjadi lebih semarak karena sentuhan
tangan-tangan muda berbakat musik hebat.
Hayoo, mana kepeduliannya. Ditunggu sentuhan tangan hebat
kalian. Bisa memunculkan Harvey Malaiholo dan Rafika Duri angkatan 2024 keatas.
(edi purwanto – wartawan)
Comments