Drawing Piala Dunia U-20 Batal, Pengamat: Waspada, Ini Peringatan Keras dari FIFA
DL/Bandarlampung/26032023
---- Keputusan FIFA membatalkan pelaksanaan drawing Piala
Dunia U-20 2023 pada 31 Maret 2023 memunculkan kegelisahan sejumlah pengamat
sepak bola Tanah Air.
Ibarat kata ini sebuah alarm tanda bahaya buat Indonesia.
Jika tidak bisa membereskan polemik keikutsertaan Israel, FIFA bisa mengambil
keputusan tegas mencabut mandat negara kita sebagai tuan rumah.
Keputusan FIFA membatalkan penyelenggaraan pengundian
Piala Dunia U-20 disampaikan kepada pihak LOC (Panitia Lokal) pada Sabtu 25
Maret 2023 pagi. Sejauh ini FIFA belum menyampaikan alasan pembatalan.
Meski demikian agenda lain terkait penyelenggaraan
turnamen seperti inspeksi stadion tetap berjalan seperti biasa. FIFA akan
melanjutkan proses penilaian terhadap kesiapan venue.
Ketua LOC, Erick Thohir, belum bersikap karena masih
menunggu kabar lanjutan dari FIFA.
“Pembatalan penyelenggaraan drawing bukan masalah
sederhana. FIFA melihat ada permasalahan besar di Indonesia, sehingga mereka
membatalkan kegiatan penting menyangkut Piala Dunia U-20. Pemerintah harus
serius menyikapinya,” ungkap Akmal Marhali, koordinator Save Our Soccer pada Sabtu 25 Maret 2023 sore.
Menurut Akmal, pemerintah Indonesia harus segera bersikap
tegas. Mendudukkan persoalan Piala Dunia U-20 menjadi persoalan olahraga, tidak
melebar ke masalah politik seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir.
“Pemerintah harus tegas, menunjukkan dukungannya secara
nyata agar pelaksanaan Piala Dunia U-20 bisa berjalan. Koordinasi harus
dilakukan antarkementerian untuk memperjelas status Israel sebagai salah satu
peserta.
Sebagai tuan rumah, kita tidak mungkin menolak kehadiran
mereka. Israel jadi peserta Piala Dunia U-20. Titik, tidak bisa diperdebatkan,”
katanya.
Israel jadi peserta setelah menjalani fase kualifikasi,
seperti peserta-peserta lainnya. Mereka berhak tampil di Indonesia.
“Piala Dunia U-20 jangan dicampurkan dengan politik.
Kehadiran Israel tidak akan memengaruhi posisi politik Indonesia terhadap
negara tersebut. Yang yang datang ke Indonesia atlet, bukan pemerintahan
negara. Dan tidak lantas karena kita menerima kehadiran mereka lantas posisi
politik Indonesia dianggap berubah. Pemerintah harus berani bersikap, karena
sekarang pertaruhannya nama baik Indonesia,” ujar Akmal.
Sang mantan jurnalis tersebut berujar, jika sampai gagal
menghelat perhelatan akbar, Indonesia jangan pernah berharap bisa
menyelenggarakan event-event olahraga lainnya. “Olimpiade, Piala Dunia, jangan
mimpi suatu saat digelar di negara kita. Lupakan. Wong di level Piala Dunia
U-20 kita tidak bisa menjamin keikutsertaan satu tim,” papar Akmal.
Sudah malu di mata internasional, Indonesia pun juga
berpotensi kena sanksi FIFA. Kita dianggap telah mengacaukan program otoritas
sepak bola tertinggi dunia. Mestinya Piala Dunia U-20 jadi momen bagi bangsa
kita untuk membalikkan stigma buruk sepak bola Indonesia ke dunia
internasional.
Kasus-kasus pengaturan skor, keributan antarsuporter dan
pemain, pelaksanaan kompetisi yang berantakan identik dengan dunia bal-balan
Indonesia. Sudah tidak berprestasi, tapi dapat tiket berlaga di Piala Dunia
U-20, tapi Indonesia terkesan banyak mau.
“Kan lucu, kita minta ke FIFA untuk menggelar
pertandingan yang melibatkan Israel ke Singapura. Lha, kitanya ini siapa? Sudah
tidak berprestasi, sok ngatur-ngatur. Kita fokus saja jadi tuan rumah yang
baik, tunjukkan kalau Indonesia bisa,” kata Akmal.
Untuk menetralisir keadaan, pemerintah, menurut Akmal,
bisa melibatkan pengamat-pengamat sepak bola Tanah Air untuk melakukan audiensi
dengan berbagai organisasi Islam untuk menjelaskan secara mendetail tentang
bagaimana aturan main di dunia sepak bola.
“Banyak yang belum paham duduk persoalan Israel bisa
hadir sebagai peserta. Hal itu perlu dijelaskan dengan audiensi ke ormas-ormas
Islam yang tergabung ke MUI. Saya yakin para pengamat dengan senang hati mau
terlibat, karena ini kepentingan buat menyelamatkan nama baik Indonesia. Sedih
rasanya melihat kondisi terkini. Kita sudah senang ditunjuk jadi tuan rumah
World Cup U-20, kemudian timbul pandemi. Sekarang pandemi berlalu muncul lagi
masalah baru. Muka Indonesia mau ditaruh di mana jika sampai status tuan rumah
dicabut.”
Sejumlah pengamat sepak bola nasional telah menggelar
pertemuan kecil pada Jumat (24/3). Mereka berdiskusi mencermati kondisi terkini
dan bersepakat untuk aktif membantu pemerintah, LOC Piala Dunia U-20, dan PSSI
yang sedang terpojok berkaitan dengan Piala Dunia U-20.
“Pembatalan drawing oleh FIFA adalah warning keras.
Jangan menganggap masalah ini hal yang sepele. FIFA dikenal sebagai organisasi
yang tertib berorganisasi, ketika mengeluarkan keputusan pasti sudah dihitung
secara cermat baik dan buruknya,” kata pengamat sepak bola senior, Kesit Budi
Handoyo.
“Tidak ada perbedaan berkaitan dengan hal ini. Kita
sepakat untuk bersatu menyelamatkan Indonesia dari ancaman sanksi karena gagal
menggelar Piala Dunia U-20. Event ini harus berjalan di negara kita.
Stakeholder sepak bola harus bersatu mengesampingkan perbedaan demi nama baik
Indonesia,” timpalnya lagi.
Kesit bersama sejumlah pengamat sepak bola berencana
melakukan audiensi ke DPR, pihak terkait, atau bahkan Presiden RI, Joko Widodo.
“Mungkin kami perlu menggelar audiensi dengan Komisi X
DPR dsn Presiden untuk menyampaikan pandangan para pengamat sepak bola. Kami
tulus ingin membantu, mengingat pelaksanaan Piala Dunia U-20 tinggal hitungan
dua bulan. Jangan ada hambatan. Mari duduk bareng, menyamakan persepsi. Piala
Dunia U-20 adalah masalah olahraga, bukan politik. Jangan dicampur aduk,” kata
pria yang aktif di kepengurusan PWI Jakarta itu. (*)
Comments