Fair Play nya Dimana, Satu Pertandingan 12 Kartu Kuning Satu Kartu Merah

Oleh : EDI PURWANTO,  Pimred Detiklampung.com

BANDARLAMPUNG --- Kualitas dan fair play sepakbola Indonesia memang masih jauh dari yang diharapkan, karena di semua kompetisi dan turnamen selalu saja banyak bertebaran dosa-dosa sepakbola yang dibuat oleh para pemain, pelatih, wasit dan penonton.

Contoh mudahnya, pada gelaran turnamen pra musim Piala Menpora 2021 kemarin. Di dua partai home and away antara Persija dan PSM, kemudian PSS Sleman dan Persib Bandung, coba hitung, berapa kartu kuning dan kartu merah yang dikeluarkan wasit dalam empat pertandingan itu. Fantastis kan?

Dimana fair play nya? Para pemain sepertinya hanya berpikir bermain untuk menang. Hampir sebagian besar meninggalkan etika sepakbola yang menuju profesional, dimana melukai, mencederai kawan adalah bentuk perlakukan yang sangat dihindari.

Tetapi apa yang terjadi? Bertaburan kartu peringatan dari wasit yang memimpin pertandingan pertanda jalannya permainan tidak sesuai dengan kaidah fair play, banyak pelanggaran, baik ringan hingga berat, menunjukkan belum muncul rasa profesionalisme pesepakbola Indonesia untuk menjaga marwah pertandingan yang fair play.

Melihat perkembangan pertandingan sepanjang Piala Menpora hingga partai semifinal leg 1 antara Persija melawan PSM, kita masih prihatin. Ada 12 Kartu Kuning dan 1 Kartu Merah dalam satu pertandingan. Jika tidak menonton langsung maka ada kesan pertandingan ini super bar-bar, atau wasit yang kejam.

Faktanya, kita saksikan di televisi, betapa banyak terjangan yang membahayakan lawan dan akhirnya mendapatkan kartu kuning, bahkan beberapa diantaranya layak langsung diberikan kartu merah.

Seperti dilukiskan di atas, bahwa masih banyak pemikiran pemain Indonesia yang bermain di klub hanya memenuhi tuntutan agar timnya menang dalam setiap pertandingan.

Sayangnya, antara keinginan dan kemampuan masih timpang. Karena tidak banyak tim yang konsisten menjaga fair play setiap bermain, namun tidak sedikit yang beralasan karakter tim bermain keras.

Main Keras

Apa bedanya main keras dan main kasar? Tampak ini hanya beda-beda tipis jika pertandingan berlangsung dalam partai krusial untuk menggapai posisi yang harus didapatkan sebuah tim.

Rata-rata penonton Indonesia hafal sekali dengan karakter permainan tim-tim di negeri ini. Ada yang menganggap tim luar Jawa banyak bermain keras. Tim asal Sumatera Utara, misalnya. Atau tim dari Sulawesi Selatan, PSM Makassar, atau Persipura dan sebagainya.

Karakter tim memang menentukan dalam pemilihan pemain oleh sang pelatih, sehingga karakternya terjaga untuk bisa bermain sesuai dengan kebiasaan tim tersebut.

Namun main keras bisa saja tetap dalam koridor fair play, jika pemain mengerti batasan dalam melakukan tackling atau tindakan apapun di lapangan terhadap lawannya.

Selain dalam pelanggaran fisik, juga ada banyak pelanggaran yang dilakukan dengan cara verbal, dengan mengumpat atau memprotes dengan keras atau bahkan kasar oleh seorang pemain kepada wasit, atau memprofokasi lawan.

Paham Aturan

Di alam permainan sepakbola Indonesia, tampaknya semakin tinggi level mempengaruhi penampilan dan emosional pemain.

Pada liga 3 misalnya, sangat sering situasi kacau di lapangan hanya karena hal sepele. Faktornya banyak pemain di level ini belum faham aturan main sepakbola secara utuh. Makanya emosinya lebih menonjol ketimbang pengetahuannya.

Di level ini, prestasi sebuah tim biasanya dihasilkan dari tim yang memiliki pemain-pemain dengan intelegensia tinggi dalam memahami aturan main sepakbola.

Liga 2 sudah mulai berkurang kericuhan dalam pertandingan, sudah jarang terjadi wasit dikejar-kejar pemain, wasit digebukin pemain. Karena dalam strata ini sosok wasit juga dimungkinkan sudah satu tingkat diatas wasit yang memimpin liga 3.

Namun juga masih ada terjadi kericuhan di level ini, dalam situasional saja.

Jika sudah memasuki Liga 1, maka tingkat profesionalismenya seharusnya sudah paripurna. Karena mereka harus sadar bahwa sepakbola adalah pekerjaan, profesi dan periuk keluarganya.

Sehingga semua pemain harus menjaga diri dari kemungkinan cedera saat bermain, atau mencederai lawan saat bertanding.

Dunia sepakbola menjadi ladang yang memberikan kesejahteraan mereka dan keluarga di luar lapangan. Ini sebabnya maka semakin tinggi strata atau level Liga nya, maka semakin tinggi pula kesadaran untuk bermain dengan fair play.

Meskipun fair play dan prestasi itu tidak serta merta saling mengikuti, namun banyak yang sudah dibuktikan oleh tim-tim besar yang main penuh dengan fair play, dan mereka lah yang menjadi pemenangnya.

Maka dari itu, dalam setiap memulai pertandingan selalu diingatkan dengan bendera fair play yang dibawa oleh empat petugas. Fair play please.

Nah sebenarnyalah sudah diingatkan oleh FIFA bahwa setiap menjelasng pertandingan harus didahului dengan bendera fair play agar sikap para pemain bisa jauh lebih baik dan ksatria selama pertandingan.

Mungkin hal kecil yang diabaikan, walaupun sebenarnya ini menjadi jiwa bagi seorang pemain sepakbola. (*)

Tags