Juli, Waspada Puncak DBD Di Indonesia
DL/03072020/Jakarta
----- Pandemi Covid-19 belum juga reda dan masihterus
mengancam masyarakat Indonesia khususnya, dan umumnya dunia. Namun kini ada
kekhawatiran penyebaran penyakit lain muncul.
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi satu ancaman penyakit
yang harus dikendalikan sepanjang Juli. Karena Juli disebut sebagai puncaknya
DBD, sehingga Anda harus mengenali gejala DBD.
Hal tersebut ditandai dari semakin meningkatnya kasus DBD
dalam beberapa waktu terakhir. Agar tak mengabaikan gejala DBD, Anda harus
mengenali dengan seksama.
Untuk menghadapi situasi ini, Juru Bicara Pemerintah
Penangan Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro mengajak masyarakat Indonesia untuk
mengenali gejala DBD. Ada cara mudah untuk mengenali penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk aedes aegypti ini.
"Gejala pertama dan paling umum yang harus diketahui
masyarakat adalah demam tinggi hingga 40 derajat celcius, disertai tubuh
mengigil dan berkeringat," kata Reisa dalam konferensi pers di Gedung
BNPB, Jumat 3 Juli 2020.
Gejala selanjutnya mencakup sakit kepala, nyeri tulang,
otot sakit, mual, hingga muncul bintik-bintik merah di permukaan kulit.
Dokter Reisa mengungkapkan, gejala DBD memang tidak
langsung terlihat. Biasanya baru akan muncul 4-10 hari setelah digigit nyamuk
yang membawa virus dengue.
Efek yang paling berbahaya dari DBD adalah adanya masalah
kulit akibat menurunnya trombosit. Lalu pendarahan juga bisa terjadi, yang bisa
menyerang hidung dan gusi.
Kondisi pasien DBD bisa menjadi berat saat mengalami dengue shock syndrome (DSS). Gejalanya
meliputi muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin
atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung.
"Bila tidak segera ditangani bisa menyebabkan
kematian ketika penderitanya mengalami shock karena pendarahan," ucap
Dokter Reisa dirilis beberapa media ibukota.
Hingga saat ini, belum ada obat spesifik untuk menybuhkan
DBD. Pemberian obat hanya untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Itulah sebabnya pasien DDB dianjurkan untuk banyak beristirahat dan banyak
mengonsumsi air putih agar tidak mengalami dehidrasi.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa kasus DBD sampai minggu ke-27 di tahun 2020 ini, sudah mencapai lebih dari 70.000 kasus. Jumlah ini tersebar di 34 provinsi dan 465 kapubaten kota. Sementara untuk angka kematiannya dilaporkan sudah hampir 500 orang meninggal dunia. (*/dbs)
Comments