Isu Rasialis Papua Dikelola Hanya Untuk Kepentingan Politik Jangka Pendek

DL/02072020/Jakarta
---- Pemerintah
menegaskan akan menjadikan Papua dan Papua Barat sebagai salah satu prioritas
utama dalam pembangunan baik infrastruktur maupun pembangunan sumber daya
manusia. Ini dilakukan sebagai komitmen menjadikan Papua, bagian penting dari
Indonesia.
Jaleswari
Pramodhawardani, Deputi V Kantor Staf Presiden, menyampaikan bahwa periode
kedua pemerintahan Presiden Joko Widowo menjadikan sector Pendidikan dan
kesehatan menjadi prioritas utama di Papua.
Berbagai langkah
dan kebijakan telah dan terus dilakukan seperti program Afirmasi Pendidikan
Tinggi (ADIK) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dimana sekitar 600 putra
putri Papua belajar di sekolah terbaik. Hal itu dilakukan selain untuk menimba
ilmu, juga saling mengenal dan belajar satu sama lain.
“Bukan sekadar
bagaimana mengirimkan putra terbaik, di dalamnya juga menghargai lintas kultur
lintas etnis agama. Pendidikan sejatinya bukan soal program belajar mengajar
tapi bicara soal pendekatan kebudayaan, karena Bhineka maka Pendidikan
sejatinya menanamkan saling menghargai perbedaan, percikan di Surabaya dan
Yogyakarta a itu semacam pembelajaran, baik Papua dan di luar Papua, untuk
terus mempertemukan kebudayaan,” ujar Jaleswari, dalam diskusi Membangun Papua:
Memperkuat Jati Diri dan Perjuangan Anti Rasisme, dalam Siaran Pers, Senin 22 Juni
2020.
Ia menambahkan,
pemerintah pusat pun memiliki komitmen tinggi, untuk terus menambah tenaga
pendidik di Papua sehingga terjadi peningkatan kualitas pendidikan yang
dampaknya akan dirasakan dalam jangka panjang.
Menurut Jeleswari,
apa yang dilakukan pemerintah pusat, dengan terus mendorong infrastruktur dan
pembangunan sumber daya manusia, tentu saja tidak serta mengubah lebih baik,
ada keterbatasan.
Tapi, dengan
melihat anak-anak muda Papua saat ini yang telah berkiparah di banyak bidang,
mulai kesenian, budaya, hingga teknologi, menjadi bukti bahwa Papua saat ini
saudara di Papua dalam situasi yang baik-baik saja, ada optisme, ada
kebersamaan yang saling menguatkan, tidak seperti dipersepsikan oleh kelompok
tertentu yang mengesankan Papua mendapat diskriminasi.
Tugas menguatkan
Papua, kata Jaleswari, perlu melibatkan semua komponen bangsa. Apalagi, cerita
Papua sejatinya tidak seperti digambarkan pihak-pihak tertentu yang
menggambarkan suram, padahal sejatinya di Papua ada optimisme yang cerah,
daerah yang indah, dengan orang-orang dan pemerintah daerah yang memiliki kepedulian
akan kemajuan daerahnya.
Pembangunan yang
dijalankan di Papua oleh pemerintah, diharapkan menjadi landasan menuju Papua
yang lebih baik dan penuh optimisme. Presiden pun, memiliki perhatian tinggi
terhadap Papua hingga datang sebanyak 13 kali dan terus mendengar apa yang
menjadi harapan masyarakat.
Karena itu, ia
mengajak semua pihak, termasuk putra-putri Papua berkolaborasi bagaimana
mengoptimalkan hal-hal baik sehingga tidak hanya berhenti di lima tahun ke
depan, apalagi sejatinya Papua memiliki sumber daya manusia yang luar biasa
hebat.
Pada kesempatan
sama, Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, menyampaikan, pemerintah
di luar negeri terus melakukan berbagai upaya untuk menjelaskan situasi yang
sebenarnya di Papua kepada masyarakat internasional, dimana pembangunan
infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, dan demokrasi telah mengalami
lompatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Meski begitu, ia
mengajak agar, putra putri asli Papua yang duduk di posisi kunci, seperti artis,
seniman, mereka yang duduk di pemerintahan, untuk bersama-sama membangun narasi
positif Papua karena masyarakat internasional lebih percaya terhadap informasi
dari warga asli Papua.
Ia setuju, bahwa
media sosial menjadi tantangan utama. Karena itu, setiap ada narasi negatif,
akan lebih baik langsung dijelaskan diklarifikasi sehingga tidak dikesankan
sebagai informasi yang benar. Opini harus dibangun secara bersama sama dan
terorkestrasi. Karena itu, jangan lagi terlambat untuk memberikan klarifikasi
atas informasi salah mengenai Papua.
“Untuk
menyelesaikan masalah Papau semua harus bermain karena permasalahan bukan satu
lembaga atau per orang, ini persoalan bersama, perlu diawali berpikir sama,
berkata sama, dan akan sangat manjur jika orang asli Papua yang menjelaskan
mengklarifikasi, termasuk dengan menggencarkan diplomasi budaya,” ucap
Tantowi.
Ketua Umum DPP GMNI
Arjuna Putra Aldino menambahkan, persoalan pengkotak-kotakan berdasar isu
rasialis sejatinya telah pupus sejak deklarasi sumpah pemuda dimana dinyatakan
bahwa semua berada dalam satu nusa satu bahasa satu nasib sepenanggungungan.
Bahkan, sejatinya isu rasialis sedari dulu hanya dikelola oleh kolonialis untuk
memecah belah mengkotak-kotakkan dan yang diuntungkan bukan dari pihak masyarakat.
Ia mengakui, isu
rasial, kerap muncul pada momen momen politik lokal seperti Pilkada terlihat
dari narasi kampanye. Hal itu meski hanya tampil dalam politik, memiliki dampak
luas, karena terkesan ada perlakuan berbeda.
Karena itu, ia
meminta pemerintah untuk benar-benar memperlihatkan keadilan dan kesamaan dalam
penegakan hukum, menciptakan peraturan yang tidak disktriminatif sehingga
sebagian kelompok tidak merasa ada luka sejarah.
Juga, perlu terus
didorong konsensus dialog bersama antara masyarakat Papua dan pemerintah dan
menghilangkan pendekatan kekerasan, karena hal itu tidak bisa menjadi dasar
dalam membangun rasa senasib sepenanggungan.
“Dalam melakukan
pembangunan itu jangan sampai punya masalah dengan masyarakat adat atau
menghancurkan budaya,” ujarnya.
Wakil Bupati Asmat
Thomas Eppe Safanpo, menambahkan, ia berharap pemerintah terus memiliki
perhatian kepada Papua dengan memperkuat perhatian pada sektor pendidikan dan
sumber daya manusia, seperti membangun sekolah puskesmas, sehingga betul-betul
memberi imbas positif pada Papua dalam jangka panjang. “Saya percaya Pak Jokowi
sunguh-sungguh membangun Papua, dan kami apresiasi,” katanya.
Edo Kondologit,
musisi asli Papua mengatakan, pusat dan daerah harus bersama-sama membangun
Papua apalagi Presiden Jokowi memiliki perhatian besar. Karena itu, dana besar
terhadap Papua, harus dikelola secara tepat sasaran dan berdampak positif bagi
masyarakat.
Jika ada kendala
persoalan, lakukan komunikasi agar kebijakan yang sudah bagus mampu dijalankan
di lapangan dengan baik sehingga tidak ada kesan di luar negeri bahwa situasi
Papua tidak ternah berubah.
Padahal, sudah ada
banyak kemajuan. Hal lain, ia berharap agar situasi kondusif, tidak ada
pernyataan yang politisi yang justru memancing permasalahan baru.
Nowela Auparay,
Juara Indonesian Idol berharap, ke depan Papua semakin baik, terutama barbagai
akses ke kabupaten kecil karena ada banyak potensi ekonomi tersimpan di Papua
terutama keragaman budaya dan keindahan wisata.
Karena itu, akses
dan konektivitas menjadi kunci agar Papua bisa semakin maju, sekaligus
mendorong ekonomi kreatif. Ia pun terus menyuarakan melalui kesenian bahwa
Indonesia dan Papua satu kesatuan, dan kaya budaya.
“Saya optimis Papua
ke depan semakin berkembang, karena punya potensi besar di berbagai bidang yang
luar biasa,” ujar Nowela. (**_)
Comments