Santri Jember Turun ke Jalan Tuntut Fadli Zon Minta Maaf

DL/10022019/JEMBER

----  Para santri Kabupaten Jember, Jawa Timur menggelar aksi unjuk rasa #AksiBelaKiai dengan longmarch dari Lapangan Talangsari, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, menuju Alun-alun pada Minggu 10 Februari 2019 pagi.

Dalam aksi ini mereka memprotes puisi berjudul Doa yang Ditukar tulisan Wakil Ketua DPR Fadli Zon karena isinya dianggap menghina KH Maimoen Zubair.

Sebelum longmarch, para santri berkumpul di Lapangan Talangsari sejak pukul 08.00 WIB. Mereka datang dari 26 kecamatan di Kabupaten Jember dengan mengendarai berbagai macam kendaraan. Dengan berpakaian ala santri seperti sarung, kopiah, dan pakaian muslim lainnya, para peserta aksi kemudian bergerak longmarch menuju alun-alun. Ratusan banser juga ikut turun ke jalan untuk mengawal aksi tersebut.

Ahmad Syaiful Anam, salah seorang santri, mengatakan, #AksiBelaKiai ini perlu dilakukan karena kiai adalah tokoh yang wajib dihormati dan bukan untuk dihina. “Mbah Moen (KH Maimoen Zubair) itu dihina, apalagi juga dipolitisasi. Tidak seharusnyalah, sehingga saya ikut aksi ini,” ujar Ahmad Syaiful Anam, Minggu Pagi 10 Februari 2019.

Menurut Ahmad Syaiful Anam, KH Maimoen Zubair harus dijunjung layaknya guru yang dihormati dan dihargai jasa serta ilmu-ilmunya. “Karena kita bisa memiliki ilmu dan nantinya bisa meniti hidup karena jasa kiai. Apalagi kalau pemimpin yang sering sowan ke kiai, itu harus dihormati karena lebih baik,” tambahnya.

Seorang santri Ponpes Sumber Wringin, Muhammad Zaini, juga berpendapat senada. Dia menuturkan, kiai ibarat orang tua kita yang memberikan nasehat dan ilmu-ilmunya yang bermanfaat. “Jadi jika ada yang menghina atau melecehkan, tidak seharusnya dilakukan. Saya tidak terima, dan lewat aksi ini semoga menjadi perhatian.” tegasnya.

Para santri berharap, Fadli Zon segera meminta maaf secara terbuka kepada para kiai dan ulama yang telah dihinanya.

Berikut isi puisi Fadli Zon, Doa yang Ditukar yang dituding digunakan untuk menghina Mbah Moen:

Doa sakral

seenaknya kau begal

disulam tambal

tak punya moral

agama diobral

 

doa sakral

kenapa kau tukar

direvisi sang bandar

dibisiki kacung makelar

skenario berantakan bubar

pertunjukan dagelan vulgar

 

doa yang ditukar

bukan doa otentik

produk rezim intrik

penuh cara-cara licik

kau penguasa tengik

 

Ya Allah

dengarlah doa-doa kami

dari hati pasrah berserah

memohon pertolonganMu

kuatkanlah para pejuang istiqomah

di jalan amanah.

Imbauan Berhenti Nyinyir

Puisi ini tampaknya sudah jelas tujuannya, namun sang pembuatnya mengaku tidak bermaksud menuju ke satu peristiwa yang di sana jelas ada kyai besar.

Beberapa anggota masyarakat awam yang dimintai pendapat soal apa yang tersirat di puisi Fadli Zon itu menyayangkan politisi tingkat tinggi hanya suka nyinyir dengan berbagai sindiran seperti itu.

“Saya rasa tidak jujur kalau Fadli tidak mengakui puisi sindirannya itu ditujukan kepada mbah Moen. Fadli orang beragama, dia punya hati nurani. Dan kalau mau jujur saja jauh lebih baik. Meminta orang menjadi ksatria, tetapi dirinya tidak. Walau saya rakyat kecil, saya imbau elit politik, berhentilah membuat  “onar” negeri ini. Saya punya hak untuk  mengimbau, karena saya juga rakyat Indonesia,” kata Suryanto, warga Kemiling Bandarlampung.

Sementara Heri, seorang pegawai swasta di Gedongtaan, menyatakan bahwa negeri ini makin ruwet dengan ulah elit politik belakangan ini.

“Ini kali pertama, menjelang Pilpres negeri ini gaduh terus menerus. Berita hoax seolah-olah sudah seperti berita riil. Fitnah Dajjal.  Negeri ini mulai dilanda demam fitnah, wabah fitnah,” katanya, Minggu 10 Februari 2019.

Heri menegaskan, rakyat Indonesia menjadi bahan bulan-bulanan elit politik dan para manusia ambisius kekuasaan duniawi.

“Indonesia ini negeri kita, bukan negeri mereka saja yang semena-mena membuat gaduh mengatasnamakan kepentingan rakyat. Rakyat yang mana? Dan anehnya banyak orang percaya doktrin-doktrin seperti itu. Menjelekkan satu dengan yang lain. Astagfirullah,” tambahnya. (*/dbs)