Sarasehan dan Penampilan Lagu Lampung di DKL Dipenuhi Gen-Z
Detiklampung|Senibudaya|Bandarlampung|12062025
---- Sarasehan seni yang diinisiasi Dewan Kesenian
Lampung (DKL) Provinsi Lampung berjalan semarak dan sukses dihadiri mayoritas
Gen-Z dari berbagai universitas di Bandarlampung, Seniman dan pemerhati seni di
Lampung, di panggung pementasan DKL PKOR Way Halim, Sabtu 6 Desember 2025.
Para narasumber pun diambil dari beberapa
generasi yang berbeda dalam tajuk “Sarasehan dan Penampilan Lagu Lampung 2025,”
dengan pokok bahasan yang menyoal tentang lagu Lampung di era Gen-Z.
Bagus S. Pribadi, sebagai ketua panitia pelaksana
mengatakan bahwa di era digital ini semuanya tampak mudah dalam berkarya seni
atau mengungkapkan kreativitas anak muda jaman sekarang.
“Dengan kemudahan ini, maka ada kekhawatiran
bahwa dengan hadirnya platform digital dengan berbagai perkembangan yang
demikian cepat, bisa mengikis pengetahuan anak-anak kita tentang seni dan
budaya yang hakiki. Kita tidak sedang mendorong anak muda kembali ke masa lalu,
namun justru mengajak mereka maju, namun harus mengetahui masa lalunya, agar
akrabnya tidak tercabut bahkan dengan tidak sengaja,” ungkap Afif, panggilan
akrab Sekretaris Umum DKL itu.
Banyak Ruang
Dihadirkannya tiga generasi dalam sarasehan ini
agar memberikan banyak ruang untuk membandingkan dan merangkum sebuah persoalan
menjadi lebih utuh.
Di sini terungkap banyak contoh dan pengalaman
dari para senior, seperti narasumber yang dianggap sebagai baby boomer, Kanjeng Andi Ahmad dengan segudang pengalaman dan
perjalanan karir diberbagai bidang, kemudian dosen Unila Riyan Hidayatullah
yang juga menyampaikan banyak hal terkait karya-karya anak muda Lampung.
Andi Ahmad mengatakan bahwa selama ini berbagai
kendala memang selalu ada, namun sampai usianya yang masuk 78 tahun ini dirinya
tetap tegar dan terus berkarya, dan selalu memperhatikan trend musik Indonesia.
“Harus ada regulasi yang memihak pada seni dan
budaya Lampung, meskipun itu tidak dalam aturan memaksa, namun ada regulasi
yang mensyaratkan untuk membumikan Lagu Lampung di daerah kita sendiri. Jangan
memuja-muja lagu barat atau lagu lagu lain saja. Lagu Lampung ini banyak yang
indah, syairnya bertutur dan mengandung nasihat yang baik,” kata Andi.
Regulasi itu misalnya, lanjut Andi, sudah pernah
dilakukan untuk mewajibkan setiap restaurant atau hotel memutar lagu-lagu
Lampung, namun seiring dengan berjalannya waktu kegiatan ini makin berkurang.
“Sekarang ini banyak EO yang menghandle musik dalam pesta-pesta atau
acara-acara berskala besar. Mungkin bisa diwajibkan kepada EO musik ini agar
dalam penampilannya di pernikahan atau di pesta lainnya paling tidak
menyisipkan lagu Lampung untuk dilantunkan. Ini satu usaha nyata agar semua
orang sesering mungkin mendengarkan lagu Lampung,” kata Andi.
Sementara itu Dr Riyan menyampaikan bahwa dengan
abanyaknya karya anak-anak muda yang belakangan menjadi hits itu adalah sebuah
fenomena, jadi tidak perlu dipersoalkan jika ada sedikit kekeliruan baik dalam
melodi maupun tata Bahasa.
“Ini yang perlu sampaikan, bahwa jika anak muda berkarya ya berkarya saja,
maksimal. Dan mungkin saya menyarankan untuk kita semua memandang karya anak
muda ini dengan dua pandangan berbeda, yakni pandangan seni budaya dan
pandangan adat istiadat. Sepanjang dilihat dari seni tidak menyalahi adat
istiadat, maksudnya salah yang besar, maka mari kita bisa sepakati bersama
untuk terus dilakukan,” kata Riyan.
Sebab, pemahaman anak-anak Gen Z dengan para
pendahulunya kadang berbeda sangat jauh, karena cara pandangnya yang berbeda.
Komunikasi Dengan Senior
Sementara penyanyi Lampung, Dian “Idol”,
mengatakan bahwa ini semua pernah dia alaminya sejak dari awal karirnya. Dan
sebaiknya memang ada komunikasi antara yang muda dengan para seniornya.
“Perbedaan pandangan ini sejak dulu ada. Saya
pada saat awal akan meniti karir di panggung seni, memang sangat banyak
kontroversi. Dan itu semua tidak bisa dihindari. Namun kemudian saya banyak
berkomunikasi dengan para senior untuk diarahkan dan dibimbing, Alhamdulillah
sampai sekarang cukup nyaman.” ungkap Dian.
Musisi muda Awan Sindikat Sisa Semalam
menyampaikan apa yang pernah juga dialami, bahwa selama ini bukan mulus-mulus
saja mereka berkarya. Namun memang banyak kritik dan saran yang hilir mudik.
“Bahkan kritik atau tepatnya koreksi lah ya. Itu
juga banyak dari teman-teman Gen-Z. Ada penulisan huruf atau aksara Lampung
misalnya. Atau lafal saat menyanyikan lagu. Beberapa diantaranya ada yang
memberikan masukan. Itu yang membuat kami juga ingin berkomunikasi soal ini.
Padahal niat kami pokoknya hanya ingin bernyanyi dan melestarikan lagu Lampung
ke Gen-Z lah,” ujar Awan.
Sarasehan ini juga diselingi dengan penampilan Andi
Ahmad yang kembali menyanyikan karya lamanya “Puncak Sa Indah” dengan irama
yang lebih nge-Beat, yang diharapkan bisa masuk ke ranah anak muda.
Kemudian Dian Idol dan Awan Sindikat juga menampilkan lagu Lampung, yang
memperjaya khasanah pendengaran para Gen Z yang hadir siang itu.
Sarasehan bertambah semarak kala bisa dilakukan
interaksi audiens dengan para narasumber, yang memberikan masukan yang cukup
baik kepada anak-anak muda itu. (don)





Comments