Paramotor Primadona Baru Penghasil Medali Emas Lampung 2028
DL|Lampung|sport|25092024
---- Perjuangan dengan penuh ketabahan dan kesabaran
telah memberikan hasil yang luar biasa mencengangkan saat Kontingen Lampung
memerlukan medali untuk bertahan pada posisi ke 10 besar Pekan Olahraga
Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut lalu.
Dua medali emas dan dua perak dihasilkan dari cabor baru
yang sebelumnya diragukan bisa berbuat banyak di PON.
Adalah Adi Ayangsyah yang memiliki kemampuan yang jauh
diatas rata-rata atlet Paramotor Indonesia itu ternyata warga Lampung yang
sangat penyabar dan “nerimo”.
Selama proses menuju BK PON sampai ke PON, Paramotor
masih dipandang setengah tiang. Karena memang belum popular nama Ayangsyah pada
kebanyakan insan olahraga Lampung.
Ketika Bambang Abiyono dan Waras Budi Hartawan, dua sosok
pendorong Paramotor Lampung itu dengan gigih memperjuangkan para atletnya
berlatih dengan sarana prasarana seadanya dan terus melakukannya dengan
kekuatan sendiri.
Makin hari makin menunjukkan sebuah kemajuan dan meraih sedikit-demi sedikit simpati, sehingga KONI Lampung membantu peralatan.
Faktor Alat dan
Tempat Latihan
“Pengalaman dalam pertandingan PON XXI Aceh-sumut 2024
adalah pengalaman terbesar bagi kita semua, dimana skill mampu mengimbangi
peralatan lawan dari kontingen provinsi lain itu saat ini. Namun bila kita
tidak segera mengupdate peralatan kita saat ini, saya yakin kedepan akan sangat
sulit, jangankan meningkatkan, mempertahankanpun akan begitu berat.” Kata
Ayang.
Kemudian, lanjut Ayang, untuk lokasi latihan terbiasa
perpindah-pindah, dari lapangan sepakbola satu ke lapangan sepakbola lain. “Dimana
kami harus mengalah bila mana lapangan bola tersebut digunakan oleh warga atau
masyarakat. Kemarin kami terbantu dengan pemusatan latihan berada di lokasi
Lanud P.M. Bunyamin, di Menggala. Meskipun akses ke sana cukup banyak memakan
biaya transportasi, karena kami semua bertempat tinggal di Bandar Lampung.”
Tambahnya.
Ayang mengusulkan bahwa lahan latihan itu bisa disediakan
di kawasan Kota Baru. “Harapan kami adalah di lahan Kota Baru yang sekarang
sudah mulai kembali dihidupkan lagi. Kami berharap bisa diberikan atau di
fasilitas untuk kami dapat latihan disana.” Ujarnya.
Paramotor Lampung mengibarkan bendera merah putih, sewaktu
perayaan HUT Indonesia ke 79 pemerintah provinsi Lampung di Kota Baru. “Disitu
kami terbang dan sangat luar biasa jika kami bisa latihan di sana secara
permanen. Kami hanya ingin bilamana pemerintah dapat memberikan kami lahan
untuk flying site, atau tempat
terbang kami latihan. Di sisi lain kami bisa latihan, kenalkan kepada
masyarakat Lampung, dan dapat dijadikan pengembangan olahraga paramotor ini,
serta pengembangan wisata,” tambahnya.
Ayangsyah yakin dengan adanya dukungan pemerintah, maka
provinsi Lampung akan melahirkan banyak generasi olahraga khusunya bidang
Paramotor bukan hanya tingkat nasional namun internasional
“Insya Allah bulan Februari 2025 mendatang saya akan
berlaga di open competition and national
competition KING cup di Thailand mewakili dari atlet paramotor Indonesia.
Mohon doanya” Kata Ayang.
Peralatan tahun
2010
Berbicara tentang peralatan Paramotor, mungkin akan
tercengang. Ternyata beberapa peralatan penting yang ada di Paramotor saat ini
masih tahun pembuatan 2010, atau 14 tahun yang lalu.
“Padahal, hampir seluruh competitor kami dengan peralatan
buatan tahun 2023 malah ada yang buatan 2024, dengan teknologi terbaru. Ini
faktanya.” Kata Ayangsyah.
Ada beberapa peralatan bantuan dari Dispora dan KONI
Lampung. “Ya memang Kami sudah dapat bantuan alat satu set dari Dispora pada
pengadaan hibah tahun 2022. Dan dengan alat itu kami mendapatkan 1 medali Perak
di nomor Slalom dan 1 Emas di Wheel Launch Solo,” ungkap Ayang.
Kemudian dapat lagi hibah Payung Tandem dari KONI tahun
2024, dan itulah yang menghasilkan 1 Emas di Wheel Launch Tandem Presisi.
“Sedangkan atlet Wahyu Syahputra, dia mendapatkan Perak di kelas Wheel Solo yang menggunakan mesin tahun 2008 dan parasut kita pinjam dari Dinas Pariwisata provinsi Lampung pembuatan atau pengadaan tahun 2014.” Tutur Ayangsyah.
Lebih lanjut, Ayang bercerita situasi dari sebelum pra-PON.
Menurutnya sangat miris. “Nah ini lebih miris lagi Om. Untuk latihan, uang BBM,
oli, dan makan kita patungan, latihan dari lapangan bola A ke lapangan bola Z,
dari Bandar Lampung ke Jatimulyo pindah lagi ke Karanganyar, sampe ke Metro kami
latihan.” Katanya.
Dengan lapangan yang seadanya itu, justru beberapa kali
pernah mengalami kecelakaan meskipun tidak fatal, yakni seperti “nyungsep” di
kubangan lumpur.
“Kami agak tenang sebenarnya ketika jumpa dengan pak Amalsyah
Tarmizi di Aceh kemarin. Beliau berjanji akan mengusulkan lokasi di Kota Baru
untuk flying site Paramotor. Semoga bisa tercapai dan bukan isapan jempol saja.
Karena Paramotor ini bisa merupakan primadona baru pendulang medali emas PON
yang akan datang,” kata Ayang.
Kedepan harapannya adalah perhatian khusus kepada Cabor
untuk dapat difasilitasi baik dari perangkat peralatan yang digunakan atlet
dalam pertandingan, peralatan tanding, dan lokasi atau tempat latihan.
Pada intinya adalah sarana prasarana yang ter update menyesuaikan dengan pertandingan
yang ada baik secara nasional ataupun internasional. (don)
Comments