Welcome Milan, Thanks Saragih
DL/30072019/Bandarlampung
--- Milan ah Milan. Begitu sabarnya dia menunggu kesempatan bisa kembali melatih sepakbola di Lampung. Tumbu Entuk Tutup, arti sudah jodohnya barangkali. Beberapa waktu Milan menganggur dan pulang ke negaranya. Namun lamunannya masih melayang ke Nusantara juga.
Milan “Abah Petruk” Petrovic, sosok Milan Petrovic yang tinggi kurus berhidung mancung, itu tidak salah juga kalau dalam pewayangan sosoknya bisa dikaitkan dengan tokoh Ponokawan Petruk. Maka maaf kalau lebih mengakrabkan, julukan abah Petruk lumayan jangkis.
Selamat datang kembali di Indonesia, dan Welcome to Lampung, mr Milan Petrovic.
Kedatangnya tidak diduga dan tidak disangka sama sekali oleh banyak orang di Lampung khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Namun justru karena dia sudah datang di sini dan sanggup bekerja keras, maka masyarakat Lampung tentu akan memberikan apresiasi yang tinggi untuk abah Petruk. Tujuannya jelas untuk mengkilatkan kembali Badak Lampung FC yang sempat membuat orang kaget dengan dua kemenangan tandang.
Namun gaya pelatih ini juga berbeda dengan Jan Saragih, pasti. Milan punya gaya sabar dalam mengambil tindakan, namun cepat dalam memutuskan sesuatu.
Artinya kemungkinan pula akan beda di lapangan. Kemungkinan akan selalu memberikan reaksi akan langkah yang diambil lawan dan melihat situasi dengan cepat untuk meresponnya dengan taktik yang lain. Selamat bekerja, Milan.
Thanks Jan
Nampaknya kita harus setuju dengan langkah yang diambil Marco Garcia, untuk tetap menghormati orang yang pernah bekerja di tim ini. Apapun hasilnya pekerjaan selalu ada konsekuensinya.
Mundur atau apapun alasannya Jan Saragih meninggalkan tim Badak Lampung FC, hanya sebuah proses. Karena Marco sangat yakin bahwa tanpa Jan Saragih yang sejak awal menangani tim ini, maka entah pula nasib Badak Lampung FC.
Apapun hasilnya, Jan juga meletakkan keyakinan bahwa sepakbola masih dengan bola yang bulat, sehingga apapun bisa terjadi di lapangan selama bolanya masih bundar.
Sayangnya Jan dikenal sebagai pelatih yang tidak punya sifat reaktif di lapangan. Sehingga penonton juga heran dengan sikapnya yang “cool” di pinggir lapangan. Tidak segera merespon lawan yang mungkin terus menekannya dan sebagainya.
Intinya, Badak Lampung FC punya koki baru, dan masyarakat akan menunggu resep masakannya dan akan menyantap apa rasanya di lapangan, lezat, manis, asin, kecut atau malah pahit.
Selamat menonton racikan Abah Petruk. (don)
Comments