Teddy: Peluang Bisnis Komoditi Karet Masih Bagus

DL/Jakarta/Ekonomi/01082025
--- Di tengah fluktuasi harga karet dunia, peluang bisnis
komoditi karet milik PTPN I masih sangat prospektif. Pernyataan itu disampaikan
Direktur Utama PTPN I Teddy Yunirman Danas di Jakarta, Senin (29/7/25).
Ia mengatakan, pihaknya akan mempertahankan dan melakukan
perbaikan pada sektor bisnis karet sebagai tanaman utama. Sebab komoditi ini, menjadi
bahan baku pada industri tertentu, dimana belum tergantikan oleh karet sintetis
dan lainnya.
Transformasi bisnis PTPN Group memplot PTPN I sebagai
Subholding yang berfokus pada komoditas karet dan beberapa komoditas lainnya,
serta beberapa bisnis non komoditas.
Ada delapan PTPN yang sebelumnya merupakan entitas anak
usaha digabung. Sejak saat itu, seluruh perhatian fokus kepada perbaikan
struktur, infrastruktur, sistem manajemen, dan akselerasi kinerja.
"Saat ini kami mengelola tanaman karet seluas lebih
dari 64 ribu hektare yang tersebar di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi. Komoditi ini masih menjadi core
business kami selain Teh, Kopi, Kakao, Tembakau, dan lainnya. Memang dalam
bisnis karet dihadapkan dengan beberapa kendala teknis agronomi ditambah dengan
fluktuasi harga karet dunia. Seiring transformasi PTPN I menjadi Subholding
PTPN Group, kami kontinu melakukan perbaikan kinerja pada semua sektor usaha,
termasuk komoditi karet. Alhasil, kinerja kami menjelang 2 tahun terakhir ini
cukup progresif," kata Teddy.
Kendala teknis agronomi tanaman karet secara akselerasi
diperbaiki secara konsisten, yang meliputi sistem manajemen sadap, ketuntasan
sadap, kecukupan tenaga kerja, hingga pengawalan produksi dari hulu sampai
hilir diperkatat menghasilkan kinerja yang progresif.
Disamping itu, Teddy mengakui peningkatan kinerja bisnis
karet PTPN I didukung oleh beberapa faktor, seperti harga karet dunia yang mengalami
kenaikan dan masih terus bertahan hingga saat ini. Juga, faktor iklim kemarau
yang cenderung basah sangat cocok bagi agronomis penggalian produksi karet.
"Kami perbaiki secara komprehensif dan simultan di
semua lini. Hasilnya sangat positif. Pada kinerja 2024 sudah menunjukkan tren
naik dan terus menanjak pada 2025 ini," tambah Teddy.
Tentang masa depan bisnis karet, Teddy juga memastikan
produk karet olahan yang PTPN I sangat diminati pasar. Hingga kini, kata dia,
industri otomotif dan beberapa produk consumers
good masih mengandalkan karet alam sebagai bahan baku. Karet alam
sebagaimana diproduksi PTPN I memiliki kualitas yang lebih baik dibanding karet
sintetis.
"Alhamdulillah produk olahan karet PTPN I selalu
terserap oleh pasar, baik lokal maupun ekpor. Sebab, memang soal kualitas
produk, kami tidak main-main. Zero
tolerance terhadap berbagai penyebab terjadinya penurunan kualitas.
Produk-produk premium, seperti ban dan komponen otomotif lainnya masih setia
dengan karet alam produksi kami," tegas Teddy.
Produk olahan karet PTPN I terus mendapat kepercayaan
dari pasar. Jika selama ini pasar terbesar yang menyerap adalah China dam
India.
Teddy mengatakan tahun 2025 ini, permintaan berkembang
hingga Eropa dan Amerika Serikat. Selain soal kualitas yang prima, produk karet
olahan PTPN I juga ramah lingkungan.
"Lembaga-lembaga di Eropa sudah memiliki standar EDR
(environmental data retrieval) yang intinya memastikan lahan karet bukan
berasal dari penggundulan hutan dan sejenisnya. Ini merupakan tantangan, tetapi
juga peluang bagi kita untuk terus meningkatkan praktik berkelanjutan,"
tutup Teddy.
Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan PTPN I
Aris Handoyo, bahwa komitmen PTPN I dalam menjalankan setiap sektor bisnisnya
selalu mengedepankan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, and
Governance), termasuk komoditi karet. Sehingga, produk olahan karet mampu
mengekspansi pasar Asia, Eropa dan Amerika.
“Produk olahan karet PTPN I yang telah menembus pasar
Asia, Eropa hingga Amerika adalah bukti komitmen dan jerih payah Manajemen PTPN
I dalam memperbaikan serta meningkatkan kinerja, dimana berlandaskan
prinsip-prinsip ESG (Environmental,
Social, and Governance) jelas Aris. (agss)
Comments