KONI Lampung Bisa Bergoyang Lagi, Jika ….

CATATAN PINGGIR ----- Dari diskusi gardu ronda, akhirnya selalu bisa muncul isu dan topik menarik baik di daerah maupun nasional bahkan internasional. Karena ternyata gardu ronda merupakan tempat netral yang tidak terkontaminasi dari pengaruh kekuasaan negara manapun.

Kopi bawa sendiri, rokok bawa sendiri dan sebagian juga nebeng. Bersama Dulah, Koplak dan Cak Sur. Setiap ada persoalan yang hangat di media sosial pasti langsung dibahas di gardu ronda ada semacam “sarasehan malam jumat”, meski tak resmi tapi membuat kangen kongkow. Meski juga gaka ada tujuan.

Usai rame beradu argument Piala Asia U-23, kemudian pencalonan gubernuran. Lalu ada lagi masalah viral jalan jalan rusak, kemudian terbaru mengenai Half Marathon HUT porvinsi Lampung yang katanya panitia kelabakan cari ganti medali waktu hari H, karena medalinya dari China ditahan Bea Cukai.

Dan akhirnya peserta yang ribuan itu cuma dikasih medali abal-abal pesenan cepat sebagai pengganti dari pada malu, karena medalinya dari Tiongkok belum sampai.

“Lah, kan duitnya banyak Dispora itu. Kan ini juga harus dipertanggungjawabkan. Kalau beli medali aja sampai dua kali. Gile juga yaa pesen medalinya ke China. Hoax gak tuh.” Gerutu Cak Sur.

“Ya kalau di China kan apa-apa murah. Karena ini kan parati besar. Ribuan. Bisa dihitung kok selisihnya dengan harga kalau di pesen di negeri Konoha. Kan lumayan untungnya. Dari pada mbantu pengusaha kecil di daerah sendiri, kan lebih baik cari yang murah dan bagus. Yaa lumayan lah,” timpal Dul.

“Katanya nih yaa. Kalau di Tiongkok itu, kalau Cuma medali kayak gituan, itu pekerjaan rumah anak-anak SD atau SMP gitu. Katanya sich. Cuma di sini kan gak bisa. Tapi barangkalai juga buatan pabrik kecil yang bisa berharga miring karena bebas pajak, kali,” sela Koplak nama panggilan dari Simun.

“Weeh jadi sampai sekarang belum sampai itu medali dari Tiongkok?” Tanya Cak Sur.

Induuuhhh wah,” timpal Koplak.

“Walah embuuuh,” tukas Dulah.

Pesertanya Secret

Bagaimana tidak menjadi bahan gunjingan, medali saja bisa menjadi bahan mainan. Dan memang seperti tidak pernah merasa bersalah. Ini terus berlangsung dan cuek bebek saja.

Hebatnya lagi panitia Hal Marathon HUT Provinsi yang konon masih sama dengan yang sebelumnya, tidak mau memberikan data peserta yang mendaftar lewat internet.

Bahkan Sekdaprov sudah memerintahkan untuk memberikan data ke TVRI pun ditolak. Karena alasannya privacy. Privacy? Ini kan iven terbuka kenapa pesertanya harus menjaga privasi yaa.

Jadi keceplosan, bahwa ternyata ada beberapa peserta ini katanya hari itu berlari bukan sama isteri sah nya, alias dengan wanita lain.

Nah apakah alasan segelitir orang ini menjadi alasan besar peserta sekitar 2 ribuan orang itu?

Teman dari TVRI juga mendesak hanya ingin tau siapa saja pelari nasional atau provinsi atau yang punya kans juara untuk bisa dilakukan reportase. Tetap tidak diberikan.

“Lha ini sebenarnya iven apa sih. Iven orang-orang selingkuhan atau olahraga masyarakat? Kan kontradiksi. Yang hebatnya kenapa pemerintah porvinsi juga manut saja sama EO ini yaa… hahaha,” timpal Cak Sur, orang Jawa Timur yang kalau tertawa paling keras.

Yaah. Itu pemanasan obrolan gardu ronda malam itu. Dan mereka juga mendoakan para peserta Half marathon yang lain-lain agar tidak ketahuan.

Terulang Lagi Gubernur Run

Pada intinya, malam itu justru lebih menitik beratkan pada even yang sama dan akan dilakukan pada 2 Juni 2024 nanti. Apakah ini sedang direncanakan untuk hal seperti semula.

Mengingat sekarang ini tahun politik. Dimana pengumpulan massa dengan berbagai cara boleh dicurigai merupakan upaya untuk menebar pesona salah satu satau salah dua personil yang ditokohkan.

Ini sudah bukan rahasia, ini rahasia umum kok. Karena bagaimanapun saat ini sudah ada beberapa nama yang melakukan deklarasi mencalonkan diri sebagai gubernur Lampung.

Yang boleh dicurigai juga dalam even Gubernur Run kali ini. Dimana Arinal Djunaidi adalah Gubernur Lampung yang akan habis masa jabatannya pertengahan bula Juni 2024.  Hubungannya dengan KONI Lampung apa? Beliau adalah Ketua Umum KONI Provinsi Lampung, bagitu.

Posisi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Lampung yang saat ini sudah sangat baik dan mendapatkan banyak apresiasi cabang olahraga dalam mengelola anggaran dengan proporsional dan akuntabel tampaknya akan kembali digoyang jika melakukan kegiatan di luar tupoksi sebagai pembina dan coordinator pembinaan atlet berprestasi.

Seperti yang sedang marak didengar, bahwa KONI Lampung tampaknya akan mendukung pendanaan ketua umumnya, Arinal Djunaidi dengan sebuah kegiatan berbasis massal, yakni Gubernur Run yang akan digelar dalam 10 hari ke depan.

Ini adalah kegiatan Fun Run, lari marathon massal yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan massa dan patut dicurigai sebagai alat dari Arinal Djunaidi sebagai Gubernur Lampung secara pribadi dalam mengumpulkan massa menjelang akhir jabatannya.

Bungkus Fun Run ini yang akan dibidik oleh masyarakat yang kritis, karena turut dibiayai KONI Lampung yang nota bene adalah koordinator Olahraga Berprestasi.

Yang namanya Fun Run, tentu tidak berhubungan dengan olahraga berprestasi. Bahkan tidak ada atlet-atlet yang jelas membela Lampung dalam kegiatan ini, peserta rata-rata masyarakat yang hanya ingin berolahraga dan berkumpul bersama teman-teman saja.

Disini tidak ada pencatatan rekor dari seluruh jarak, bahkan secara penyelenggaraan tidak memenuhi standar dari Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).

Bahkan kabarnya justru KONI Lampung sama sekali tidak mengajak bekerjasama Pengprov PASI provinsi Lampung, karena ini tingkat provinsi Lampung. Ini juga dilakukan oleh Dispora Provinsi Lampung beberapa waktu lalu dalam HUT Provinsi, yang menggandeng PASI Kota Bandarlampung.

Pelaksanaannya menggandeng EO yang apapun itu namanya, ini sudah menjadi  bukti bahwa kegiatan Gubernur Run ini hanya merupakan pengumpulan massa.

Kita harus ingat dimasa Bob Hasan masih menjadi Ketua Umum PB PASI membuat Indonesia menjadi terkenal dengan Bali 10 K (baca: Bali Ten Ki), Borobudur 10 K (baca: Borobudur ten ki).

Itu semua atas prakarsa, pelaksana dan biaya utama dari PASI. Bukan dijual ke EO sepenuhnya. Tentu ada pelaksana professional yang justru dibayar karena keporfesioanalannya.

Jangan asal main EO yang justru tidak mengerti apa itu lari Marathon. Di Lampung kan selama ini berpindah tren dari Jalan Sehat menjadi Lari Marathon, karena trend saja.

Namun tidak memikirkan bahwa animo masyarakat yang tulus ingin berolahraga ini hanya dimanfaatkanEO untuk mencari cuan belaka  tanpa memikirkan risiko lainnya.

Cari Cuan Saja?

Tidak pernah ada yang jujur berani mengakui bahwa ini sebuah bisnis. Ternyata, coba boleh dikira-kira saja berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk acara hura-hura ini? Apalagi jika mengundang Artis Ibukota dan dengan hadiah besar.

Karena EO ini biasanya juga mencari uang dari pendaftaran peserta. Padahal sudah dibiayai oleh Pemerintah provinsi, terkhusus dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi.

Dan hadiah yang diberikan pun tidak lebih dari total Rp50 juta. Coba bayangkan berapa yang dikeluarkan panitia untuk even yang megah ini? Kompensasi dari pendaftaran diberikan KAOS, MEDALI dan Makan minum, serta Hadiah bagi pemenangnya saja.

Sementara semua vendor panggung dan seluruh atribut lainnya dibayar oleh Pemprov atau Pemkot. Jadi uang pendaftaran itu untuk siapa? Coba hitung saja: Rp15.000 kali 2 ribu peserta saja, sudah Rp.30 Juta. Kalau perorang dipungut biaya Rp.15 ribu. 

Lah ini sudah sangat jelas terlihat jika peluang besar untuk berbisnis oleh segelintir orang malah disetujui oleh para penggedhe, yang maaf, mungkin tidak berfikir jauh dalam melihat iven ini. Dan bahkan sangat mungkin tidak tau sama sekali, kalau ini cuma cari cuan.

Tapi siapa tahu, kali ini peserta tidak dipungut biaya atau gratis. Yaa lain mungkin perhitungannya. Karena mungkin semua sudah dicover oleh Gubernur biayanya. 

Sebelum Terlanjur

Kembali ke laptop, soal keterkaitan dengan KONI Provinsi Lampung. Mumpung belum terlanjur bisa menodai perjuangan kawan-kawan yang bekerja keras selama ini, hanya dengan mendukung kegiatan non prestasi yang tidak ada hubungannya dengan persiapan PON XXI.

Karena jelas dari cabang olahraga Atletik, Lampung tidak ada atlet yang lolos dari nomor Marathon ini. Karena judul yang dipilih juga tidak tanggung-tanggung lo ROAD TO PON XXI. Jadi apa hubungannya dengan KONI Lampung tadi itu memang sudah di setting dan direncanakan. 
Yaitu tadi, kan Lampung tidak ada atletnya dengan nomor Marathon, lalu even ini juga tidak berhubungan dengan PON XXI. Kok bisa-bisanya judulnya "Jalan Menuju PON XXI". 

Beda, kalau misalnya judulnya "Terima Kasih Pak Gubernur," atau apalah yang hubungannya dengan selesainya masa tugas Gubernur Lampung Arinal Djunaidi. sehingga even ini menjadi sebuah penghargaan kepada Gubernur Lampung periode 2019-2024.

Lalu kepentingan KONI Lampung apa, karena Pekan Olahraga Nasional tinggal beberapa bulan lagi. Semua cabor saat ini sedang pada tahapan Persiapan Khusus yang tidak memerlukan ada pemassalan atau apapun itu kecuali try-out untuk persiapan pertandingan yang sesungguhnya di PON.

Jelas, bahwa ini bukan lah iven yang harus turut dibiayai oleh KONI Lampung dalam berapapun anggaran dari bidang apapun.

"Ingat gak, ternyata kasus yang lalu, juga muncul dari kesalahan penganggaran dari bidang yang namanya Perencanaan Anggaran. Nah. Monggo silahkan." Kata Cak Sur. 

"Yaa, Mungkin, kelak APH juga paling akan menuntut untuk dikembalikan ke Kas Negara aja kok yaa. Jadi kalau sekarang dikeluarkan dengan keliru sebesar Rp10 ribu, yaa nanti mengembalikan ke kas Negara juga Rp10 ribu. Selesai. Tapi siapa yang harus mengembalikan itu?" tanya Cak Sur.

Induuuhhh wah,” timpal Koplak.

“Walah embuuuh,” tukas Dulah.

"Yaa kalau di daerah atau di negeri ini, apa sih yang gak bisa diatur? Kalau gak salah begitu yaa, Yaa hajar dulu urusan belakangan," kata cak Sur . (*/redaksi)