Komunitas Koleksi Benda Pusaka, Panji Pringsewu Melestarikan Budaya Nusantara

DL/Budaya/Pringsewu/16062023

—- Diantara puluhan stand yang dihamparkan di Pringsewu Expo, ada satu stand yang terlihat unik, persis di belakang tenda VIP, yakni stand yang memamerkan beragam benda pusaka semacam keris, pedang, batu akik dan berbagai jenis benda yang selama ini dianggap sebagai benda-benda yang sering bermuatan makhluk halus atau gaib.

Paguyuban ini bernama PANJI, yang bermarkas di Pringsewu, dengan anggota para kolektor benda-benda pusaka semacam ini dari berbagai daerah.“Anggota kami kurang leih 100 orang dari berbagai daerah dengan koleksi masing-masing,” kata Edi Pratikno, ketua paguyuban Panji ini kepada MediaSenior.id.

Menurut Edi, Panji di Pringsewu berdiri 25 Agustus 2020 berangkat dari rasa keprihatinan karena banyak para pecinta pusaka dan penghobi pusaka yang ada di Pringsewu seringkali tidak memahami secara mendalam apa pusaka itu.

“Kita mendengar kadang ada orang menghancurkan, mengubur keris, melarung  ke sungai dan sebagainya. Itu menjadi sebuah motivasi kami untuk bisa menyelamatkan pusaka yang sebenarnya menjadi warisan budaya bangsa kita,” ujar Edi.

Dia mengatakan bahwa pihaknya menggali dan mencari informasi ternyata keris itu bukan sekedar benda mistis yang selama ini didengar di masyarakat. “Namun keris itu sebagai warisan budaya warisan nenek moyang kita yang patut kita banggakan dan patut kita lestarikan,” terang Edi. 

Keris, kata dia, sebagai sebuah karya agung asli warisan Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO pada 25 November 2005 sebagai warisan tak benda, yang akhirnya menjadi cagar budaya Indonesia.

“Dan Paguyuban kai ini juga sudah diiakui Dinas Kebudayaan sebagai komunitas pelestari benda pusaka warisan Indonesia,” ungkapnya.

Sebagai sebuah komunitas yang aktif terus menjaga silaturahmi antar anggotanya, Panji memiliki rutinitas yakni kegiatan Selapanan yang dilakukan setiap 36 hari sekali untuk berkumpul dari anggota ke anggota saling silaturahmi, saling berbagi ilmu pengetahuan tentang pusaka tentang tosan haji sembari mempererat tali silaturahmi kita,” tambahnya.

Ternyata ini juga membuat semangat seluruh anggota paguyuban ini untuk memperkenalkan kepada generasi muda dan masyarakat luas yang ada, khususnya di kabupaten Pringsewu supaya mencintai pusaka apapun namanya sebagai benda cagar budaya. 

“Agenda kami setiap bulan Suro mengadakan jamasan pembersihan pusaka yang selama setahun kita simpan itu tentu banyak sekali karatnya, jadi sebagai pelestari kita bersihkan supaya kembali bersih, supaya terawat dan terjaga sebagai warisan agar bisa dinikmati anak cucu sampai ke depan nanti,” ujarnya.

Koleksinya semua yang ada di nusantara dari Mandau, pedang-pedang yang ada ditemukan di sungai, yang ditemukan di pemakaman-pekaman. 

“Kadang-kadang kami mendapati di masyarakat kita, jika ada orang meninggal dan menggali kubur ternyata ada ditemukan benda-benda pusak di samping kuburan itu. Atau ada juga zaman dulunya dipendam dengan sengaja oleh keluarganya dengan berbagai alasan. Nah ini yang kita rawat, dengan mengganti warangkanya dan sebagainya,” ujar Edi

Bukan Merawat Mistisnya

Edi Pratikno menegaskan bahwa selama ini banyak diantara masyarakat yang menilai paguyuban ini memelihara mistis dari apa yang ada di benda pusaka itu.

“Itu salah besar. Kai sama sekali tidak berniat untuk masuk ke arah itu. Namun kami secara realistis pada jaman sekarang ini hanya semata-mata melestarikan fisiknya saja. Maka dari itu, kami akan rawat agar pusaka tidak rusak, dan memberikan hiasan atau warangka (wadah keris -red). Agar tampak lebih bagus dipandang.” katanya.

Diakui memang sering ada gangguan dari makhluk gaib, namun ini bukan sebagai hal yang penting. “Persepsi dan pandangan masyarakat tentang kegaiban. Jadi kami kupas ternyata keris warisan budaya ini punya makna jadi nilai yang sebetulnya pitutur. Yang harus kita jabarkan tentang mistisnya, karena sebenarnya jika kita terus berfikir hal mistis maka kita akan memelihara kemunduran, dan kita akan tersesat. Bayangkan saja di alam yang beneran ini kita masih bisa kesasar. Apalagi kita kalau yang gaib yang tidak kelihatan tentu kita semakin kesasar lebih parah,” tuturnya.

Jika anda tertarik untuk mendalaminya, atau ingin menjadi anggota, maka cukup menghubungi pengurus atau langsung menghubungi Edi Pratikno 0857 8338 9156.

Dalam garis besar kita sebagai pewaris budaya, kita bareng-bareng nguri-uri peninggalan sejarah nenek moyang agar lestari sapai anak cucu. (don)