Teknologi Budidaya Padi Ramah Lingkungan Berhasil Tingkatkan Produktivitas Lebih Dari 2 Ton/ha
DL/20072021/Garut
---- Upaya untuk menanggulangi dan mengantisipasi
kerusakan tanah yang dapat mengganggu produktivitas serta dalam menjaga
ketahanan pangan ditengah pandemi terus dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Salah satunya dengan memperkenalkan
Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jawa Barat (Jabar) kepada Kelompok Tani Salem Sari di Garut, Jabar.
Hasilnya pun cukup menggembirakan. Pada panen perdana
yang berlangsung di area demplot di Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk,
Kabupaten Garut, Sabtu 17 Juli 2021, menunjukan peningkatan produktivitas
hingga 2,43 ton/hektare (ha). BPRL adalah sebuah konsep budidaya padi yang
meminimalisir penggunaan bahan kimia, dan penerapan pola tanam jajar legowo,
pengairan, pemupukan berimbang dan penggunaan bahan organik, seperti pestisida
nabati, pupuk hayati, dan biodekomposer.
Ketua Kelompok Tani Salem Sari, Yuyun Wahyuna yang kerap
disapa Abah mengatakan bahwa rata-rata panen sebelum menerapkan teknologi BPRL
hanya berkisar 6 ton/ha, kini hasilnya mencapai 8,43 ton/ha. “Kalau bisa
dibilang mah sangat-sangat puas dan gembira dengan hasilnya, Alhamdulillah,”
ungkap Abah sumringah.
Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) padi khusus dan VUB
spesifik lokasi berbasis teknologi BPRL ini telah diperkenalkan sejak Maret
2021 dan diterapkan pada lahan seluas 11 ha dengan ditanami berbagai varietas
unggul yakni Inpari 32, Inpari 39, Inpari 43, Inpari 45, Inpari IR Nutri
Zinc, Mantap, Cakrabuana dan Pamelen.
Plt Kepala BPTP Jabar, Wiratno menyampaikan bahwa
Teknologi BPRL yang telah diaplikasikan oleh Poktan Salem Sari ini bisa menekan
penghematan pupuk kimia sebesar 70% dan ada peningkatan hasil hampir 2,5
ton/ha.
"Kami memiliki teknologi dan apabila teknologi ini
betul-betul diterapkan sesuai dengan aturanya, kami sama-sama bisa membuktikan
dari 6 ton/ha menjadi rata-rata 8,4/ha sehingga ada peningkatan 2,5 ton/ha
terjadi penghematan biaya operasional. Kalau saya hitung-hitung dengan 1 ha itu
bisa menambah pendapatan petani sebesar Rp. 11 juta/ha," jelas Wiratno.
Diseminasi Inovasi
Teknologi
Terpisah, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan
bahwa apa yang dilakukan BPTP Jawa Barat ini merupakan salah satu upaya
percepatan diseminasi inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan,
sehingga bisa langsung diadopsi oleh petani.
“BPTP adalah ujung tombak diseminasi dan transfer
teknologi hasil-hasil peneliti litbang pertanian, bumikan varitas-varitas Badan
Litbang di petani, juga inovasi teknologi lainnya melalui upaya transfer
teknologi oleh litbang sendiri,” tegasnya.
Anggota Komisi IV DPR RI, Haerudin yang turut hadir dalam
panen perdana ini mengapresiasi upaya Kementan tersebut. Baginya, teknologi
BPRL telah menjadi bukti yang dapat dicontoh petani dalam mengatasi lahan yang
sakit akibat penggunaan bahan kimia terus menerus.
"Balitbangtan dalam rapat kerja bersama DPR
mengeluarkan pernyataan resmi rilis resmi di rapat kerja itu bahwa tanah kita
udah sakit, kalau terus-terusan dipasok bahan kimia berlebihan. Maka perlu
dibuat formula baru bagimana kalau tanah ini digemburkan agar PH dan unsur hara
lain dikembalikan dan solusinya adalah tadi, teknologi balai itu udah tepat
guna, tepat sasaran, tepat ukuran, hasilnya manakjubkan," ungkapnya.
Haerudin juga berpesan kepada para petani agar tak lagi
berlebihan dalam penggunaan bahan kimia. "Jangan ada pikiran kalau pupuk
Urea itu harus banyak, pupuk NPK harus banyak, yang terpenting adalah tepat
ukuran dan cocok dengan tanah," tutur Haerudin. Ia menambahkan agar
teknologi yang sudah berhasil diterapkan dapat terus dilanjutkan.
Turut hadir dalam panen perdana ini yakni Kepala BBP2TP,
Kepala BB Padi, Dirjen Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kab. Garut, Camat serta
Kepala Desa Cibiuk. (nrp)
Comments