UBL Gelar Talkshow Online Tentang Wajah Kota Bandar Lampung

DL/07062020/Bandarlampung

---- Talkshow Online kembali digelar Pusat Studi Kota dan Daerah Universitas Bandar Lampung (PSKD-UBL) dan Gerakan Masyarakat Cinta Kota (Gema Kota) yang mengambil pokok bahasan perkotaan  bertajuk “Masa Depan Wajah Kota Bandar Lampung”, Sabtu 6 Juni 2020.

Kali ini menghadirkan narasumber Ir. Anshori Djausal, M.T., Aditya Mahatidanar Hidayat, ST., MSc dosen Fakultas Teknik (FT) UBL, Dr. Dedy Hermawan seorang ahli kebijakan publik dan Bambang Pujiatmoko selaku penggerak masyarakat.

Dalam kesempatan ini Anshori Djausal menjelaskan terkait Smart City, yang menurutnya banyak kota sudah mencantumkan Smart City sebagai inisiatifnya kampus. Tetapi ini tidak bermanfaat kalau tidak mampu mengimplementasikannya untuk membentuk wajah kota yang baik dengan keterlibatan semua pihak.

“Jangan sampai masyarakat itu hanya diam saja. Tetapi juga bersama-sama ikut terlibat. Dulu bertahun-tahun yang lalu kita banyak mengacu pada kota yang trotoarnya lebih besar dan lebar dari jalan, karena ingin semua masyarakatnya tertarik untuk berjalan kaki dan bersepeda. Namun ketika hal ini dilakukan justru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Barangkali ini harus menjadi pengalaman dan pertimbangan bagi kita untuk memilih kebijakan seperti apa yang nantinya benar-benar tepat,” papar Anshori.

Sedangkan Bambang Pujiatmoko selaku penggerak masyarakat ini menyinggung terkait sanitasi di kota Bandar Lampung. “Kalau kita berbicara mengenai sanitasi, maka kita juga berbicara mengenai sampah dan pengelolaan air limbah. Hal ini kita akan fokuskan pada limbah rumah tangga khususnya tinja. Karena tanpa kita sadari air dan sanitasi itu dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Apabila kondisi sanitasi buruk, maka kondisi airnya juga akan buruk.” Katanya.

Dari hasil riset 2018 untuk memotret bagaimana kondisi sanitasi di Bandar Lampung, ditemukan 91% warga Bandar Lampung sudah memiliki toilet. Tetapi masih ada 9% warganya yang tidak menggunakan toilet.

“Dari 91% yang memiliki toilet tadi ternyata hanya 89% yang memiliki penampungan, lalu dari 89% itu hanya 11% yang melakukan penyedotan dan pengangkutan. Dari total tersebut, 0% yang melakukan pengolahan dan pembuangan. Hal ini tentu tidak dapat kita hiraukan begitu saja,” tutur Bambang.

Artinya, sampai saat ini jumlahnya 0% di Bandar Lampung yang memiliki sanitasi aman. Dan apabila dilihat dari kondisi Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, Kota Bandar Lampung itu memiliki kapasitas yang didesain sebesar 15 m3/hari.

“Tetapi mulai 2018, kita mendapatkan limbah tinja sebesar 60-90 m3/hari. Hal ini membuat sanitasi di Bandar Lampung mengalami kolaps. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki hal ini yakni harus adanya komitmen Pemerintah Kota, peran semua masyarakat, adanya regulasi, kelembagaan yang baik, dan infrastruktur yang memadai,” pungkas Bambang. (tim)