BPPT Tanam SMOKIES di Sumsel Pantau Level Air Gambut
DL/22112019/Jakarta
---- Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT)
memasang SMOKIES (Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut
Indonesia untuk Early Warning System) di dua titik di wilayah Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan.
“Kedua lokasi tersebut berada wilayah Ogan Komering Ilir,
Sumsel, Di areal lahan gambut beberapa perusahaan,” ujar Tri Handoko Seto,
Kepala Balai Besar TMC-BPPT di Jakarta, Jum’at 22 November 2019.
SMOKIES merupakan sistem informasi
secara near real time pengukuran langsung pada lahan gambut
untuk memantau potensi kebakaran hutan. Lokasi yang menjadi target pemasangan
SMOKIES yaitu di areal PT. Kelantan Sakti dan PT. Rambang Agro
Jaya.
Saat ini, BBTMC-BPPT telah menyempurnakan SMOKIES dengan
sistem komunikasi LoRA (Long Range Access) yang dapat menjangkau daerah
yang tidak ada sinyal GSM. “Dengan bantuan LoRA ini maka telemetri data dari
daerah blank spot masih dapat diatasi dengan baik,” ujar Tri
Handoko Seto.
SMOKIES yang ditanam di wilayah Sumsel menambah jumlah
SMOKIES menjadi 4 hingga saat ini. Dua lainnya, ditanam di wilayah Kalimantan
Tengah. “Jumlah tersebut sangat kecil. Untuk seluruh wilayah gambut yang rentan
kebakaran hutan seperti Kalbar, Kalteng, Riau,
Jambi, termasuk Sumsel dibutuhkan sekitar 200 SMOKIES,” ujar
Seto. Namun, lanjut dia, untuk produksi massal akan dilakukan
perusahaan swasta, dan BPPT hanya memberikan konsultasi pengembangannya.
Budi Harsoyo, Perekayasa Madya sekaligus menjabat Kepala
Bidang Penerapan TMC BBTMC-BPPT mengatakan data level air di wilayah lahan
gambut yang ditanam SMOKIES akan masuk ke server BPPT. “Untuk data SMOKIES
sudah berhasil dikirim ke server BPPT di Serpong. Selanjutnya data tersebut
akan ditampilkan dalam visualisasi website. Untuk saat ini visualisasi website
masih dalam proses penyempurnaan, namun sudah bisa memantau sepertihalnya
kondisi gambut di sebagian wilayah Sumsel kemarin,” paparnya.
Status Siaga
Darurat Dicabut
Operasi TMC di wilayah Sumsel
terhitung 18 November 2019, telah berakhir dan status siaga darurat dicabut.
“Status siaga darurat di Sumsel diperpanjang setelah sebelumnya ditetapkan
hingga akhir Oktober. Kini, kondisi wilayah terkena asap akibat karhutla mulai
berangsur-angsur pulih,” ujar Agus SW, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko
Palembang.
Hal itu, terpantau dari
parameter udara (ISPU) dan pantauan data SMOKIES. “Berdasarkan nilai monitoring
kebakaran melalui visualisasi SMOKIES, Sumsel sudah masuk kondisi aman,” ujar
Budi Harsoyo.
Selama operasi TMC berlangsung
dari akhir Agustus hingga 17 November telah dilaksanakan 79 sorti (penerbangan
penyemaian awan), dengan total jam terbang sekitar 145
jam. Bahan semai yang dihabiskan selama kegiatan TMC berlangsung
capai 76,2 ton NaCL dan 40,9 ton kapur tohor. (BBTMC)
Comments