Menko Airlangga Dorong Penyelesaian Program Prioritas MEA

DL/03112019/Jakarta
---- Indonesia menyambut baik rencana pelaksanaan
Mid Term Review (MTR) terhadap Cetak Biru ASEAN 2025. MTR dipandang sangat
penting untuk melihat output, outcome
maupun dampak nyata dari integrasi ekonomi menuju ASEAN Vision 2025.
Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian selaku Ketua Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
Airlangga Hartarto dalam pertemuan ASEAN Economic Community (AEC) Council,
Kamis 31Oktober 2019, mengharapkan, MTR dapat menghasilkan rekomendasi solusi
untuk menyelesaikan isu carry-over yang belum sempat terimplementasi pada
tahun-tahun sebelumnya ke tahun implementasi selanjutnya.
“Indonesia
mengharapkan agar update informasi secara periodik tentang implementasi
prioritas pada tahun berjalan dapat disediakan, dalam rangka mendorong tingkat
implementasi prioritas-prioritas tahunan, baik di tingkat negara maupun ASEAN,”
tutur Airlangga dalam keterangan resmi, Jumat 1 November 2019.
Pasalnya, dalam
beberapa tahun terakhir tingkat penyelesaian prioritas tahunan AEC Blueprint
2025 hanya berada pada kisaran 60%, kecuali untuk tahun ini yang tingkat
implementasinya diperkirakan dapat mencapai sekitar 91%.
Dalam pertemuan
tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia juga mendorong dilakukannya
kajian tentang development gap antar ASEAN Member States (AMS).
Kajian tersebut
dilakukan guna menyusun prioritas pada tahun-tahun selanjutnya yang diharapkan
dapat mempersempit kesenjangan antar negara anggota ASEAN.
“Indonesia
mendorong ASEAN untuk memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan diantara AMS
dan memprioritaskan inisiatif-inisiatif berdasarkan tingkat practicality serta
nilai tambahnya,” ujar dia.
Selain itu,
pemerintah juga berharap agar implementasi atas instruksi AEC Council kepada
seluruh badan sektoral yang berada di bawah koordinasinya tersebut dapat
membuat proses kerja di ASEAN menjadi lebih efisien dan efektif.
Termasuk untuk
mengatasi tumpang tindih tugas dan fungsi diantara badan-badan sektoral.
Indonesia
mengusulkan agar isu Fourth Industrial Revolution (4IR) yang sangat luas dan
bersifat lintas sektor dapat ditangani oleh lembaga sektoral yang menangani
bidang industri dibawah AEC Council.
“Dalam hal ini
perlu dibahas lebih lanjut mekanismenya, termasuk kebutuhan perubahan ASEAN
Charter untuk mengakomodir usulan tersebut,” Airlangga menambahkan.
Adapun, Airlangga
mengapresiasi tingkat implementasi kolektif dari 171 prioritas tahunan ASEAN
2019, yang hingga saat ini telah mencapai 93 prioritas atau 54,4%.
Indonesia sendiri,
menurutnya, telah menyelesaikan 103 prioritas atau 61%. Secara kolektif,
diperkirakan ASEAN dapat menyelesaikan sekitar 91.2% prioritas di tahun 2019.
Sebagai informasi,
berlakunya AEC pada tahun 2015 merupakan langkah besar bagi integrasi ekonomi
ASEAN, karena menawarkan peluang yang besar dengan potensi pasar mencapai US$ 3
triliun dan 649 juta penduduk.
Sejak
diberlakukannya AEC Blueprint 2025, upaya integrasi dilakukan secara bertahap
melalui target Annual Priorities yang harus dipenuhi oleh negara anggota pada
setiap tahunnya.
AEC Council di
negara anggota bertanggung jawab memantau perkembangan implementasi setiap
prioritas dan melaporkannya pada pertemuan AEC Council Meeting di ASEAN Summit,
termasuk pada kesempatan ASEAN Summit ke-35 kali ini.
Tahun 2018 total
perdagangan ASEAN mencapai US$ 2,8 triliun dengan perdagangan intra-ASEAN
memiliki porsi terbesar yaitu 23%.
Berdasarkan data
ASEAN Secretariat, nilai ekspor Indonesia ke ASEAN dalam kurun waktu 2015-2018
mengalami peningkatan sebesar 25% dari US$ 33 juta menjadi US$ 42 juta pada
2018.
Sementara itu
sebesar 39% aliran investasi asing langsung (FDI) yang masuk ke Indonesia pada
tahun 2018 berasal dari ASEAN.
Pada periode
2015-2018, nilai FDI yang masuk dari ASEAN ke Indonesia naik 24%, semula US$
9,1 miliar menjadi US$ 11,3 miliar pada tahun 2018. (lis0)
Comments