ASN Dinsos Lampung Tanggap Bencana

DL/28022019/BANDAR LAMPUNG

----  "Tabik Pun, saudara-saudara sekalian, Anda saat ini berada di lantai dua Aula Dinsos Lampung. Aula ini dilengkapi dua pintu keluar yakni di sebelah kanan, satu pintu langsung menuju tangga kebawah, dan satu pintu lagi, sekitar enam meter menuju tangga ke bawah. Jendela kaca yang ada di samping sebelah kiri saya ini memiliki ketebalan 6 mm dengan ketinggian 4 meter."

"Jika ada suara sirine yang bertalu-talu, itu adalah tanda adanya bencana. Oleh karena itu kepada saudara-saudari diharapkan keluar dari aula ini dengan tertib tanpa tergesa-gesa ikutilah rambu-rambu menuju titik kumpul di halaman kantor Dinas Sosial sebelah kiri.  Terima kasih."

Demikian hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung, Sumarju Saeni sebelum memulai rapat di aula kantor setempat, Kamis 28 Februari 2019.

Panglima Tagana itu memang mempunyai kebiasaan tersebut setiap memimpin rapat memulainya dengan himbauan keselamatan bencana kepada seluruh peserta rapat.

"Kebiasaan imbauan tanggap bencana tersebut tidak hanya saya yang menyampaikan, namun setiap kepala Bidang di lingkungan Dinsos Lampung selalu  menyampaikan hal serupa," kata Sumarju Saeni, saat dikonfirmasi usai rapat.

Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung ini mengatakan Lampung berada di tempat rawan bencana alam atau ring of fire.

"Kita harus siap merespons dan tanggung jawab menghadapi segala bencana alam. Maka, saya membiasakan pada siapapaun yang berada di Dinas Sosial ini untuk selalu tanggap bencana, termasuk tamu," tegasnya.

Menurutnya, dengan membiasakan memberikan imbauan sigap bencana sebelum acara, maka diharapakan bisa lebih siap menghadapi bencana.

"Bukan hanya kami di sini, tapi saya secara pribadi juga selalu membiasakan diri dimanapaun tempat, untuk tanggap bencana," pungkasnya.

Sebagai informasi, sepanjang 2018, lebih dari lima bencana alam besar menimpa Indonesia. Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire memang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Berada di gugusan gunung api dan titik pertemuan sejumlah lempengan bumi membuat Indonesia rawan diterpa amukan alam.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hingga 14 Desember 2018 -sepekan sebelum bencana tsunami di Selat Sunda menerjang- telah terjadi 2.436 kejadian bencana di Indonesia.

Secara umum, tren bencana meningkat selama satu dekade terakhir, dan didominasi oleh bencana banjir, longsor, dan puting beliung. (**/Lis)