Diskes Ajak Media Sosialisakikan Pencegahan DBD Dikota Metro
DL/19022019/Kota Metro.
---- Wilayah Kota Metro yang berada di sentral wilayah lain memicu penumpukan pasien dari daerah lain, karena Kota Metro memiliki Rumah Sakit yaitu RSU A. Yani yang sudah cukup lengkap sarana dan prasarananya.
Ditambah jumlah penduduk Kota Metro yang hanya 169.040 jiwa, menjadikan penyebaran penyakit tidak selalu dari internal Kota Metro, namun bisa juga masuk dari wilayah lain.
Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan Kota Metro, Silfia Naharani, didampingi ketua IDI kota Metro, Dr. Agung Budi Prasetiyono saat sosialisasi gerakan preventif terhadap penyebaran penyakit DBD di kota itu kepada para awak media, di aula Diskes Selasa 19 Februari 2019.
Dikatakan Silfia, untuk mencegah dan memutus mata rantai berkembangnya nyamuk penyebar Virus DBD maka harus dilakukan 4 M Plus, yaitu Menguras bak mandi, Menutup, Mendaur ulang dan Memantau Jentik.
"Selama masih ada jentik ancaman DBD selalu ada. Hal penting yang harus kita perhatikan dan lakukan adalah melaksanakan 4M plus. Kami mohon bantuan kepada rekan-rekan media untuk mensosialisasikan terkait gerakan preventif memutus mata rantai penyebaran DBD. Yaitu dengan membasmi jentik nyamuk. Bukan hanya dengan fogging yang hanya sesaat membatasi gerakan nyamuk,” jelasnya.
Dikatakan Silfia, seluruh komponen kesehatan sudah bergerak mensosialisasikan M 4 Plus. Serta mengumpulkan seluruh direktur RS dan pemilik klinik di Kota Metro agar jangan sampai salah mendiagnosis agar tidak terlambat mengambil tindakan.
Menurutnya, terkait siklus 5 tahunan DBD tahun ini Kota Metro belum masuk tahap status KLB untuk DBD. Melihat siklus 5 tahunan sebelumnya jumlah kasus lebih banyak juga dan ada yang meninggal dunia.
"Tahun sebelumnya untuk siklus DBD 5 tahunan itu sampai 400 kasus. Juga ada yang meninggal dunia. Kalau sekarang hingga bulan Februari ada sekitar 100 kasus dan 1 orang meninggal dunia," katanya.
Ia juga tidak menyarankan fogging terus dilakukan, karena tidak menutup kemungkinan resistensi dapat terjadi terhadap nyamuk. Sehingga nyamuk tersebut kebal terhadap racun.
"Dan fogging ini tidak efektif, hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Itu tidak memutus mata rantai. Harusnya jentik nyamuk yang dibunuh. Itu kenapa saya selalu minta masyarakat untuk menggalakkan M 4 Plus," tegasnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua IDI Kota Metro dr. Agung Budi Prasetiyono Sp., PD.,M.Kes. Menurutnya, media juga bisa memberikan informasi kepada masyarakat terkait penyakit DBD agar tidak menimbulkan kepanikan.
Ada 2 hal penyebab kematian karena DBD, pertama pemeriksaan penyaringan yang kurang tepat. Kedua keterlambatan pasien datang ke sarana yankes.
"Dan saat ini malah orang dewasa yang sering meremehkan gejala DBD ini. Sehingga terlambat datang ke Yankes. DBD menjadi perhatian kita saat ini karena ini sangat serius dan dapat mengakibatkan kematian,” tegasnya.
Ada 3 fase yang perlu diperhatikan jika terjangkit DBD, yaitu demam, kritis, dan masa Pemulihan. Yang harus diperhatikan saat sudah demam 3 hari kemudian pada hari ke-5 mulai dingin itu bukan sembuh melainkan memasuki fase kritis.
Atau bukan reda malah tambah demam, maka pasien harus segera kembali ke yankes. Demam tinggi hingga menggigil. Atau bahkan trombosit kurang dari 100 itu harus segera mendapatkan perawatan di RS yang memadai.
Agung menjelaskan, untuk membedakan virus DBD, Tifus, dan Demam Virus (DD) yaitu, DBD yang sudah parah ada manifestasi pendarahan sedangkan Demam Virus tidak. Contohnya bintik merah yang tidak hilang saat disentuh, atau pendarahan hidung dan mulut. Sedangkan pada wanita bisa saja menstruasi tidak sesuai jadwal.
“ Terapinya hanya dengan menambah cairan. Perbanyak minum. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Dan seharusnya jika ada warga positip DBD, dalam jarak 10 rumah dari pasien tersebut juga harus di fogging. Namun kenyataan di lapangan belum tentu tetangganya mau untuk di fogging. Kadang mereka menolak karena bau. Nah, artinya fogging ini tidak terlalu efektif,” Tandasnya. (Igun)
Comments