Bidan Ana: Terima Kasih, Akhirnya Anjani Dapat Ditangani Dengan Baik

DL/21012022/Lampung Timur
--- Tanggungjawab sebagai seorang aparat kesehatan memang
sangat berat, karena sebagai sosok pejuang yang di segala jaman selalu
dibutuhkan keikhlasan dan ketulusan dalam tugas, bukan mengedepankan soal komersialitas.
Ini benar-benar tercermin pada sosok bidan Triana Septia
Ningsih, warga Desa Margosari Kecamatan Metro Kibang Lampung Timur.
Triana membantu proses kelahiran bayi Anjani yang
terlahir mengalami kelainan yaitu tidak memiliki anus patut diajungi jempol.
Pasalnya, selain membantu proses persalinan, Jumiatin (43) warga desa Jayaasri
Kecamatan Metro Kibang, bidan Ana sapaan akrabnya turut membatu proses
pengobatan Anjani hingga ke rumah sakit
(RS) Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
Ditemui detiklampung.com,
di kediamannya di desa Margosari pada, Jum’at 21 Januari 2022 sekira jam 08.30
wib, Ana menceritakan proses kelahiran Anjani.
Dikatakan Ana, saat itu Minggu 9 Januari 2022 datang ke tempatnya
pasien Jumiatin untuk melahirkan, dan setelah menunggu beberapa saat barulah
sekira pukul 17.00 wib pasien Jumiatin melahirkan seorang bayi perempuan yang
sehat dan lucu.
“Saat kelahiran prosesnya lancar dan tidak ada kendala, waktu itu, saya belum mengetahui jika si bayi mempunyai kelainan sejak lahir. Setelah proses persalinan selesai, sayapun membantu pasien lain yang saat itu juga akan melahirkan,” jelasnya.
Kelahiran Tanpa
Anus
Keesokan paginya atau berselang satu hari pada pagi hari,
10 Januari 2022, Ana memandikan si bayi Anjani, saat proses memandikan itulah
Ana baru mengetahui jika bayi Anjani mempunyai kelainan sejak lahir yaitu tidak
memiliki anus.
Saat itu, Ana belum berani menceritakan hal tersebut
kepada ibu si bayi Jumiatin karena kondisi masih lemah usai melahirkan.
“ Saat itu saya sendiri bingung mas, mau langsung cerita
kepada pasien takut terja di hal-hal yang tidak diinginkan. Akhirnya pada 10
Januari sore hari itu juga saat menghantarkan pulang pasien ke rumahnya, saya
beranikan untuk menyampaikan hal tersebut kepada pihak keluarga yaitu nenek si
Anjani atau ibu kandung Jumiatin. Tentu saja keluarga shock. Tapi bu Jumiatin
tidak tau kabar tersebut. Saat itu pihak keluarga belum bisa mengambil langkah
tindakan yang harus dilakukan,” katanya.
Seperti biasa, Ana selalu mengontrol kondisi Jumiatin dan
bayinya, selama empat hari Ana berpikir keras untuk mencarikan solusi
pengobatan si Anjani. Pasalnya si Anjani belum terdaftar sebagai pasien BPJS
atau asuransi lainnya.
Ana mengakui jika ada kesalahan pada dirinya, kenapa pada
saat itu Ia memberi waktu untuk berfikir bagi keluarga pasien untuk mengambil
keputusan. Ana beralasan dirinya takut
disalahkan jika mengambil tindakan yang tidak tepat.
Pertolongan Medis
Ahirnya, Ana nekad dan memberanikan diri untuk membantu
pasien mendapat perawatan dan pengobatan yang layak . Ana menyadari, biaya
operasi untuk Anjani sangatlah besar, Namun Ana tidak memikirkan hal itu yang
Ia pikirkan bagaimana menyelamatkan Anjani dan sesegera mungkin mendapat
pertolongan medis.
Anas menjelaskan bahwa dia sempat menanyakan kondisi si
Anjani pada keluarga, mereka menjawab tidak apa-apa Adik sehat katanya. Tapi dia
tetap was-was pasti kedepannya ada apa-apanya dengan si bayi.
Pada 17 Januari 2022 Anak mengaku nekad, membujuk dan memaksa
Jumiatin dan Rosman untuk segera membawa Anjani ke rumah sakit.
“Dalam kondisi hujan deras sekira jam 8 malam kami
berangkat ke rumah sakit memakai kendaraan pribadi saya dan disopiri oleh suami
saya. Sesampainya di rumah sakit
Mardiwaluyo Metro kekecewaan yang kami dapat, saat kami mendaftarkan pasien,
salah seorang perawat yang jaga mengatakan bahwa saat ini ruang primatologinya
sedang direnovasi, dan dokternya sedang berada di RS Abdoel Moeloek. Jadi di RS
Mardi Waluyo kami tidak mendapatkan solusi dan inisiatif saya, meminta petunjuk
dan rujukan untuk membawa pasien ke RS. Abdoel Moeloek,” jelasnya.
Ana menambahkan, jika ada pernyampaian dari pihak
keluarga bahwa kondisi Anjani baru diketahui setelah 9 hari, itu tidak benar. Waktu
9 hari itu adalah proses dari mulai melahirkan hingga pasien Anjani dirawat di
RS. Abdoel Moeloek.
Ana sangat mengapresiasi tindakan yang lakukan oleh pihak
RSAM, begitu proses administrasi selesai, pihak rumah sakit langsung mengambil
tindakan cepat menangani pasien. Dan Informasi yang Ana dapatkan malam itu juga
Anjani sudah menjalani operasi tahap pertama.
“ Waktu mendaftar di RSAM itu pun statusnya pasien umum, setahu
saya pasien Anjani belum memiliki jaminan kesehatan, dan ibu Jumiatin punyanya
kartu PBI. Namun kami tidak menyerah, berbagai upaya dengan pihak keluarga yang
bernama mbak Jumi saya uruskan administrasinya. Bahkan yang sangat luar biasa
pihak perawat RSAM menyarankan kami untuk mengurus BPJS Anjani ke kantor BPJS Rajabasa.” Katanya.
Akhirnya setelah diurus, dengan cara BPJS milik Jimiatin
dialih namakan untuk pasien Anjani. “Kami sangat bersyukurnya yang awalnya
mendaftar sebagai pasien umum oleh pihak RSAM diganti dengan status pasien
BPJS. Jadi kalau proses awal yang namanya mbak Sariyem itu tidak ada, jadi mbak
Sariyem itu baru ada karena posisinya menggantikan mbak Jumiati bergantian
menunggu pasien. Jadi kalau keterangan mbak Sariyem itu tidak pas ya wajar
karena bilau tidak mengetahui proses sedari awal,” tandasnya.
Ana bersyukur, apapun kejadiannya, kini Anjani sudah
ditangani dengan baik oleh pihak RSUAM Bandarlampung. Ana mengatakan bahwa dengan apa yang boisa lakukan harus dilakukan untuk membantu pasiennya. "Satu niat saya adalah menyelamatkan pasien dalam hal ini Anjani dan menjaga mentalitas ibunya. Itu saja. Dan sekarang saya lega sekali," katanya haru. (Gun)
Comments