Anshori Djausal Ajak Masyarakat Memahami Karakter Olahraga di KORMI dan Fornas

DL|Mataram|Fornas|29072025

---- Komite Olah Raga Masyarakat Indonesia (KORMI) merupakan sebuah organisasi induk olahraga masyarakat Indonesia yang berbasis pada pengembangan dan pelestarian olahraga rakyat, terutama olahraga-olahraga tradisional Indonesia.

KORMI memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang sudah sejak tahun 1938, dengan dinamika yang sangat panjang, sehingga semakin dewasa dalam menyikapinya.

Ketua Umum KORMI Provinsi Lampung, Anshori Djausal, merasa optimis dengan perkembangan masyarakat di Indonesia terutama di Lampung yang kian menyadari keberadaan KORMI ditengah masyarakat olahraga, dimana organisasi ini berusaha menyatukan visi dan misi banyak induk organisasi olahraga yang berada di dalamnya.

“Ya saat ini sudah jauh berkembang. Di Lampung memang tidak secepat di pulau Jawa seperti di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Namun Lampung juga semakin tumbuh baik. Ini berbeda dengan Sumatera Selatan yang sudah pernah menjadi tuan rumah Fornas, dan sekarang membuktikan bahwa kekuatan Sumatera Selatan di KORMI Indonesia sangat baik,” kata Anshori.

Contohnya, lanjut dia, Sumsel mengirimkan inorga dan pegiat dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan provinsi Lampung, dan sekarang mampu menduduki 10 besar dengan perolehan medali emas 30-an.

“Ini perbandingan yang sangat jauh. Dilihat dari segi peserta yang ikut, Lampung berada pada urutan ke-20 jumlah pesertanya. Kita hanya mengirimkan 200-an itu sudah berikut ofisial. Dan yang mandiri lebih dari 75 persen. Bandingkan dengan Jawa Barat yang menyertakan lebih dari seribu pegiat, demikian juga daerah Jawa lainnya, bahkan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan saat ini menjelma menjadi kontingen dengan kekuatan besar,” katanya.

Dalam kegiatan Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII Tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat, KORMI Lampung memberangkatkan 250 orang, terdiri dari 216 penggiat/atlet dan 26 ofisial, serta 8 orang pengurus KORMI.

Dari 216 dan 26 ofisial (242 orang) yang dibiayai KORMI sebanyak 46 orang (tiket, hotel, dan uang harian). Dengan begitu, lebih dari 75% peserta berangkat ke FORNAS atas biaya sendiri (mandiri).

Karakter Olahraga Masyarakat

Kondisi ini sudah disampaikan oleh Ketua Umum KORMI Lampung pada pelapasan Kontingen Lampung yang akan mengikuti kegiatan FORNAS VIII, tanggal 16 Juli 2025 di Mahan Agung.

Dalam sambutan pelepasan saat itu, Gubernur Lampung RMD sangat mengapresiasi semangat dan soliditas KORMI Lampung, memberikan penghargaan tinggi atas besarnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga dibawah pembinaan dan koordinasi KORMI.

Gubernur berjanji kedepan sejalan dengan kemampuan keuangan daerah, perhatian pemerintah akan terus ditingkatkan.

Ini bukan hal baru, bahkan telah menjadi karakter dan budaya olahraga masyarakat, yang memang berangkat dari kesadaran diri untuk berolahraga, tidak menggantungkan diri pada pembiayaan dari pemerintah.

“Sejak keikutsertaan KORMI Lampung pada FORNAS V tahun 2019 di Samarinda, Kalimantan Timur, FORNAS VI Tahun 2022 di Sumsel dan FORNAS VII Tahun 2023 di Jawa Barat, partisipasi mandiri selalu cukup besar diangka 75%. Dan hal demikian terjadi merata di semua provinsi, bukan hanya Lampung.

Namun demikian, prestasi Lampung cukup membanggakan, dalam 3 kali keikutsertaan di FORNAS terakhir, Lampung selalu masuk 10 besar nasional.” Tambah Anshori.

Tanpa Babak Kualifikasi

Sejak lama sudah disampaikan kepada semua pegiat dan Pembina inorga, bahwa olahraga yang ada di KORMI dananya sangat terbatas, sehingga selalu diimbau untuk mengerti hal ini.

KORMI, tambah Anshori, dengan dana yang sangat terbatas ini ingin memberikan dorongan semangat kepada masyarakat kearah hidup yang sehat dengan olahraga, bahkan mendorong olahraga dalam kearifan lokal dan tradisional.

“Maka selalu kami sampaikan, bahwa keterlibatan inorga dalam mengelola para pegiatnya juga berkomunikasi dengan para orang tua, terutama pegiat yang masih berusia dini hingga usia sekolah. Karena ini menyangkut biaya. Pasti kembali kepada orang tuanya. Ini mohon dipahami bersama. Karena di KORMI, untuk ikut Fornas tidak perlu ada babak kualifikasi. Semua boleh ikut di even nasional itu, dengan syarat yang sudah ditentukan KORMINAS.” Ungkap Anshori.

Ini berbeda dengan cabang olahraga atau atlet yang ada di jalur prestasi yakni KONI. Di jalur ini sudah ditetapkan sejak awal ada babak kualifikasi khususnya di tingkat nasional. Namun untuk daerah, dipersilahkan siapapun yang dikirim oleh cabang olahraganya, maka dialah yang berhak ikut babak kualifikasi itu.

“Lalu, atlet yang lolos babak kualifikasi baru bertanding di Pekan Olahraga Nasional atau PON. Ini bedanya. Sekali lagi kalau di KORMI tidak ada babak kualifikasi, dan semua boleh ikut langsung ke nasional, namun nomor-nomor pertandingannya yang dibatasi. Ini juga karena keterbatasan waktu dan biaya,” terang Anshori.

Perhatian Pemerintah

Terkait perhatian pemerintah, Anshor mengatakan ini tetap ada perhatian dari pemerintah provinsi Lampung. Hanya masih dalam jumlah yang sangat terbatas. Selain itu untuk mencari sponsor juga bukan hal yang mudah.

“Karena keterbatasan anggaran dan tempat kegiatan yang cukup jauh, maka KORMI Lampung mengambil kebijakan Inorga yang mendapat bantuan pembiayaan dari KORMI adalah induk organisasi olahraga (Inorga) yang memperoleh medali Emas pada beberapa FORNAS terakhir yaitu di Bandung tahun 2023.” Tambahnya.

Namun, lanjut Anshori, bagi Inorga lain yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan FORNAS dipersilahkan, dengan catatan biaya mandiri. Namun jika keberatan, maka tidak ikut pun tidak masalah.

“Memang betul, bantuan yang diberikan oleh KORMI tidak seberapa. Sebagai contoh Komunitas BEpers Indonesia (KBI) yang berhasil menyumbangkan beberapa medali emas pada FORNAS yang lalu, hanya disupport untuk 3 atlet, padahal mereka memberangkatkan 47 kontingen. Dan sampai hari ini berhasil meraih 3 Medali Emas, 2 Perak, 5 perunggu sehingga total 10 medali. Begitu juga Inorga-inorga yang lain seperti INASSOC, Persejasi, AKTI dan lain-lain, yang juga memberangkatkan kontingen cukup besar, dengan biaya mandiri.” Lanjut Anshori.

Tentu semua berharap perhatian pemerintah ke depan semakin besar sehingga pembinaan dan perhatian kepada pegiat/atlet melalui Inorga masing-masing semakin membaik. Tanpa harus menggerus inisiatif dan partisipasi dari masyarakat yang memang cukup besar, yang sudah menjadi karakter dan tradisi masing-masing Inorga.

Fornas juga tidak semata-mata bicara soal posisi di klasemen atau peringkat, karena secara realistis juga harus melihat jumlah dan kekuatan personil di kontingen.

“Maka dari itu, meskipun kita tetap bertekad tampil maksimal dalam Fornas ini, jumlah kita sangat sedikit dibanding dengan kontingen lainnya yang mengirimkan dalam jumlah besar, sedangkan kita hanya mengirimkan sepertiga dari kontingen yang kita kirim ke Bandung. Kala itu Lampung meraih 25 Ema, 24 Perak dan 23 Perunggu. Waktu itu peringkat 9 klasemen akhir,” ungkap Anshori.

Meski berat untuk bisa menduduki klasemen 10 besar, namun dalam perolehan medali diharapkan mampu lebih baik.

Sampai hari ini, Kamis 31 Juli 2025 Kontingen memperoleh 15 emas, 15 perak, dah 16 perunggu. Diharapkan Lampung masih mendapat tambahan medali dari Aliansi Kungfu Tradisional Indonesia (AKTI), Persocci dan Persejasi di hari-hari terakhir.

Tanggal 1 Agustus 2025, hari terakhir kegiatan FORNAS VIII, diharapkan Lampung mengumpulkan 20 medali Emas. (tim/don)