PON 2028 Hanya Cabor Olimpik, APA Kata Mereka

DL|Bandarlampung|Pendapat|Olahraga|14122024

---- Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat mewacanakan untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke depan akan mengacu pada cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan juga di Olimpiade dan cabang olahraga Indonesia yang berprestasi di SEA Games.

Kabar ini sudah menyeluruh ke seantero Indonesia dan tentunya mendapat berbagai tanggapan yang beragam dari kalangan olahraga. KONI Provinsi sebagai koordinaor cabang olahraga “dipaksa” kerja keras dan mengharuskan untuk konsolidasi dengan cabang olahraga di daerahnya.

Konsekuensi logis jika ini benar akan diterapkan, maka tidak menutup kemungkinan banyak daerah yang akan turun peringkat dari klasemen PON 2028, jika tidak melakukan antisipasi sejak kini.

Berdasarkan Rakernas KONI Pusat beberapa waktu lalu disimpulkan beberapa pola yang mungkin bisa ditempuh dalam pelaksanaan PON ke depan.

Seperti yang disampaikan Kabid Binpres KONI Lampung, Chandra Kurniawan, bahwa konsep yang ditawarkan dalam rakernas yang tetap hanya tuan rumah tetap dua provinsi, namun terkait cabang olahraga ada beberapa model.

“Yang kami tangkap dari papara KONI Pusat bahwa dalam format penyelenggaraan PON ke depan ada beberapa pilihan, diantaranya cabang Olahraga dan nomor pertandingan wajib adalah Cabor dan nomor Olympic. Sebagai tambahan cabor non olimpic dengan ketentuan Cabor tersebut juga dipertandingkan di Sea games/ Asian Games.” Katanya.

Lalu syarat peserta Babak Kualifikasi (BK) PON minimal diikuti 25 Provinsi atau 2per3 dari jumlah Provinsi. Peserta PON minimal 12 Provinsi atau sepertiga persen dari jumlah Provinsi. Dan semua daerah wajib mengikuti BK PON atau dengan kata lain tidak ada wildcard.

“Lalu model kedua ada 4 kategori yakni dilaksanakan PON (Pekan Olahraga Nasional) dengan Cabor Olympic. Kemudian ada POBN atau Pekan Olahraga Beladiri Nasional, POPN atau Pekan Olahraga Pantai Nasional dan PON lainnya yakni Cabor anggota KONI yang tidak masuk di tiga kategori itu. Penyelenggaraan tetap oleh KONI Pusat, dimana untuk PON cabor Olimpik dilaksanakan 4 tahun sekali, namun untuk kategori lainnya 2 tahun sekali,” tambah Chandra.

Beragam Pendapat

Wacana ini memang belum final, dan inilah beberapa pendapat dari para wartawan olahraga yang sebelumnya sebagai Ketua SIWO dari beberapa daerah di Indonesia.


Joko Purnomo, Ketua SIWO Bali

“Ya benar, saya dengar KONI Pusat akan membatasi cabor yang dipertandingkan di PON 2028 NTB-NTT hanya 50 cabor berbasis olimpiade. Tetapi itu masih akan difix-kan lagi saat musyawarah atau raker KONI se-Indonesia yang katanya sih bulan April 2025.” Kata Joko.

Menurut Joko, secara prinsi tidak masalah. “Aku sih setuju saja meski nanti untuk kami Bali harus banyak cabor atau medali yang didapat di PON sebelumnya, nanti di PON 2028 cabornya tidak ada lagi. Bagi cabor non olimpik sebenarnya tidak masalah karena nanti dpertandingkan di single event seperti Kejurnas, yang waktunya tidak bareng PON,” tambahnya.

Soal peringkat, tambah Joko, tergantung di sisa waktu ini, apakah KONI Bali atau KONI se Indonesia bisa mencetak atlet berprestasi untuk cabor olimpik tadi. Mumpung waktunya masih cukup panjang, harus mengambil langkah kongkrit.


Giben van Puntun, Wartawan Olahraga Kalimantan Tengah

Menurutnya, secara general tentu meruntuhkan semangat atau mengurangi semangat para atlet atau cabor yang sudah latihan, kesiapan, namun tidak termasuk dari 2 katagori itu.

“Otomatis peringkat juga akan berubah atau setidaknya mengalami pergeseran. Daerah juga dilema dengan cabor yang sudah disiapkan dan atlet yang latihan kesiapan. Namun dengan adanya kebijakan pemerintah seperti itu, mau tidak mau harus diikuti tentu pasti punya tujuan yang baik pula.” Katanya.


Hanas Warpur, pengurus Siwo PWI Papua Barat

Semestinya, semua cabor dapat diperhatikan bukan saja iven cabor Olimpic dan SEA Games. Padahal melalui iven PON sebagai ajang seleksi bagi pengiriman atlet daerah.

“Artinya bahwa prestasi atlet dari setiap cabor tidak hanya diandalkan setingkat Nasional Indonesia, melainkan sampai ke skala Asean dan bila perlu ke dunia. Indonesia memiliki berjuta atlet berprestasi yang tersembunyi, namun tidak dibangkitkan karena sejumlah faktor.” Ungkap mantan Ketua SIWO Papua Barat itu.

PON bagian dari program olahraga oleh Negara untuk bangkitkan atlet utusan daerah. Bahkan kalau Olimpic hanya pengiriman 12 cabor, lalu sekian banyak cabor yang diseleksi dalam iven PON hanya pajangan?

“Solusinya, PON harus memiliki makna bagi Atlet berprestasi untuk dibina dan diikutkan dalam setiap iven Internasional. Bahkan dari PON yang tidak dipertandingkan seperti di Aceh adalah E-Sport, Pencak Silat, Barongsai dan sebagainya.” Tambahnya.


Bambang Prihandoko, Humas Modern Pentathlon Indonesia

Negara harusnya orbitkan cabor lainnya ke level Internasional agar di situ nama Indonesia tak hanya jago dari 12 cabor yang selalu dikirim dalam Olimpic dan atau SEA Games saja.

“Kalo menurut saya itu terobosan baik karena olahraga kita ke depan mengejar prestasi di pentas Asian games dan Olimpiade. Untuk itu kita tidak ada jalan lain harus fokus untuk cabor-cabor SEA Games, Asian Games dan Olimpiade, supaya out put di PON menghasilkan bibit atlet untuk dua ajang pesta olahraga multi event besar itu.” kata Bambang.

Sedang di luar cabor SEA Games, Asian Games dan Olimpiade, tambahnya, sebaiknya bergabung dan tumbuh besar di KORMI.

“Pemerintah biar bisa fokus memacu prestasi olahraga dunia untuk mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, dan juga efisiensi anggaran untuk baikan generasi masa depan. Daerah juga harus berlomba lahirkan bibit muda menuju SEA Games, Asian Games dan Olimpiade,” ungkapnya.


Agus Susanto, Ketua SIWO Pusat

“Menurut hemat saya apa yang dilakukan KONI ini bersinergi dengan pemerintah dan juga prestasi internasional.” Kata Agus.

Terkait PON dalam Rakornas KONI 2024 di Batam telah menyarankan cabor prioritas saja yang dipertandingkan, mengikuti dinamika di multi event internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olympic Games.

“Kita ujungnya ke Olympic Games, untuk itu dibuat standarisasi berjenjang mulai SEA Games hingga Asian Games. Jadi di PON mempertandingkan prioritas harus benar-benar dikawal. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana dengan cabor cabor lain. Padahal PON adalah pesta olahraga. Jangan sampai PON membunuh cabor lainnya. Inilah yang harus dicari rumusannya oleh KONI mencari event pengganti  PON.” Tambahnya.

Agus menambahkan bahwa saat ini yang dibutuhkan pengawalan, terkait janji KONI membuat terobosan yakni embuat event pengganti seperti Pekan Olahraga Bela Diri Nasional (Indonesia Martial Art Games/IMAG), Pekan Olahraga Pantai Nasional (Indonesia Beach Games/ IBG), Pekan Olahraga Indoor (Indonesia Indoor Games / IIG), dan PON Remaja (Indonesia Youth Games/ IYG).

“Ini akan digelar setiap dua tahun sekali. Jika ini terwujud, maka semakin banyak multi event akan semakin baik untuk atlet banyak jam bertanding.” Ungkap Agus. (don)