Bang Han: Jika Allah Mengijinkan, Maka Tak Ada Sulit Indonesia Kalahkan Guinea

DL/Bandarlampung/sport/07052024

--- SATU HAL. Jika Allah Subhana Wata’ala mengijinkan, maka Indonesia akan lolos ke Olimpiade. Kok bawa nama Allah. Selama ini, mungkin masyarakat dan kita semua selalu melihatnya hanya dari pertandingan, bahwa Indonesia dicurangi, Indonesia kalah kelas dan sebagainya.

“Kok tidak kita kembalikan kepada siapa yang menjadi penentu kemenangan itu sendiri, yaitu Allah. Ini bukan soal agama memang, tetapi Allah itu tidak hanya ada dalam pelajaran atau pembahasan agama Islam atau agama lainnya. Tetapi disemua aspek kehidupan manusia, Allah itu ada dan Maha Menentukan,” ungkap Bambang Handoko, kepada media ini.

Dalam diskusi singkat dengan bakal calon Gubernur Lampung periode 2024-2029 ini banyak hal yang dibahas, salah satunya adalah peluang Tim Nasional Indonesia U-23 di play-off yang akan berlangsung Kamis besok.

Advokat muda ini mengatakan bahwa saat ini ibarat murid sekolah, Indonesia baru naik kelas. Tepatnya, tim nasional sepak bola U-23 Indonesia sedang berjalan diatas jalan yang setingkat lebih tinggi dari sebelumnya.

“Beberapa kali peluang Indonesia gagal itu bukan karena tidak berusaha atau kalah kelas terlalu jauh dengan lawan-lawan. Memang benar sebagai pendatang baru di kawasan Asia, timnas Indonesia yang terdiri dari pemain-pemain usia lebih muda dari rata-rata tim kontestan lainnya itu memiliki banyak peluang. Namun apapun itu, Allah belum mengijinkan dari jalur itu. Siapa tahu, di kesempatan terakhir ini Indonesia akan diberikan kemenangan,” kata Bambang.

Indonesia, lanjut Bambang, sudah beberapa kali diuji kesabarannya dengan berbagai trik dan permainan bahkan perlakuan yang tidak menyenangkan dan tidak adil secara kasat mata.

“Bahkan sejak pertama kali Piala Asia U-23 ini digelar, Indonesia sudah dikerjai oleh wasit yang memimpin pertandingan melawan Qatar. Dan garuda muda kita bisa bangkit. Kata orang ajaib, melewati tiga pertandingan berat dengan kemenangan. Melawan Jordania, Australia dan Korea Selatan. Siapa yang berperan? Ya tentu lah Allah. Ingatlah. Kita hanya diperintahkan untuk berjuang dan berdo’a. Selebihnya serahkan kepada wasitu utama yakni Allah,” katanya.

Masuk Lingkungan Baru

Indonesia masuk dalam era baru dan lingkungan yang baru pula dalam sepakbola Asia ini. Ibarat anak SMP lulus dan naik ke SMA. Maka ada banyak hal baru yang ditemui di lingkungan ini. Gurunya lain, Seragamnya lain, meski aturannya sama tetapi pelakunya lain dan seterusnya.

Kebiasaan bertanding tanpa VAR, bertanding dengan wasit Asia Tenggara, kebiasaan bergadapan dengan AFF, ini juga sudah berbeda. Karena sekarang berhadapan dengan AFC, setingkat lebih luas tentunya.

Bahkan AFC pun masih berkelakuan hampir sama dengan AFF di beberapa keputusannya. Misalnya, dengan menempatkan wasit VAR dari Thailand saat Indonesia berada di Semifinal, adalah sikap yang sangat tidak bijaksana dilakukan oleh AFC. Karena mereka tahu bahwa wasit VAR Thailand itu mencurangi Indonesia saat bermain dengan Qatar.

Tetapi masih saja ditempatkan di sana. Pelanggaran terhadap Witan misalnya, wasit yang sebelumnya sudah menunjuk sebuah titik yang ada dipojok kotak penalti Uzbekistan, dan sudah menggaris dengan foam putih.

Ternyata malah membatalkan tendangan bebas untuk Indonesia itu, setelah dia disuruh melihat VAR oleh wasit Thailand.

“Permainan tingkat tinggi ini membuat penonton yang jujur gemeretak giginya dan geram. Terus terang pemirsa juga melihat situasi itu sebagai sebuah konspirasi. Namun Indonesia menerima saja keputusan-keputusan yang merugikan itu.” Kata Bambang Handoko yang banyak dipanggil Bang Han itu.

Untuk menakar kekuatan tim muda Guinea wakil Afrika yang ternyata nasibnya sama dengan Indonesia. Dalam peperangan di Piala Afrika, tim Guinea muda ini menempati urutan kedua di grup A, dan kemudian masuk ke semifinal kalah dari Mesir.

Dan ketika berebut tempat ketiga, mereka kem bali kalah juga dengan Ghana, dan harus mengarungi satu pertandingan play-off lawan wakil dari Asia U-23, yakni Indonesia.

Now Or Never

Guinea adalah sebuah kekuatan besar di kawasan benua Afrika, meskipun kondisi negaranya juga masih belum menentu, karena saat ini dikuasai junta militer. Guinea tetap kekuatan besar.

“Lagi-lagi ini lingkungan baru yaa. Kemarin seluruh lawan Indonesia berasal dari Asia. Nah sekali ini akan melawan Afrika. Tentu secara kasat mata saja, secara fisik akan berbeda. Ketahanan fisik anak-anak muda Afrika juga sangat baik, sementara Indonesia saat ini juga sudah mumpuni untuk soal ketahanan fisik. Tinggal bagaimana mentalitas. Now or never.” Tambah Bang Han.

Indonesia memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mengukir sejarah persepakbolaan nasional setelah berpuluh-puluh tahun berkutat hanya di Asia Tenggara.

“Mengingat masa lalu yang juga pernah hampir lolos Piala Dunia pada jamannya Heri Kiswanto, marjuki Nyak Mad dan Elli Idris, nampaknya kali ini para pemain muda bersama para diasporanya memiliki motivasi yang sama dan membuat cerita baru tingkat internasional,” tambah Bambang.

Menurutnya, sekarang atau tidak pernah sama sekali. Untuk menuju ke Olimpiade memang banyak kesemapatan bagi Indonesia, namun tiga kesempatan sudah berlalu, yakni masuk ke final Piala Asia, yang secara otomatis akan lolos ke Olimpade, sudah tidak tercapai.

“Menembus tiga besar Asia, juga kandas. Dan kini percobaan ketiga, yakni Play-off. Semoga Allah Subhana Wata’ala memberikan ijin kepada kita dan untuk bermain di Olimpiade Paris tahun ini. Aamiin yaa robbal alamin,” ungkap Bambang. (*)