Persoalan Kemacetan (Ber-ulang) di Merak

Oleh: Dr Eng. IB Ilham Malik

Staf Khusus Dirjen Hubdat Kemenhub

---- Kemacetan lalu lintas di Pelabuhan Merak kembali terjadi. Kali ini situasi di lapangannya mirip dengan yang pernah terjadi pada 2022. Masalahnya ada di soal arus lalu lintas yang mengalir tanpa henti ke Pelabuhan Merak.

Harusnya jawabannya ada pada manajemen arus lalu lintas yang disebut dengan delay system. Pada 2022 lalu, skema ini berjalan baik di arus balik mudik Bakauheni. Saya mengapresiasi rencana Kapolda Lampung yang akan kembali secara ketat menjalankanya pada 2024 ini.

Khusus pada 2023, skema ini berjalan dengan baik di Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni. Pihak ASDP mampu mengoptimalkan kapasitas kapal dan waktu bongkar muat.

Dan juga, aparat terkait mampu mengatur jumlah kendaraan yang akan masuk di buffer zone yang terbagi-bagi sesuai dengan kapasitas angkut kapal di dermaga ekspres dan dermaga reguler. Sehingga, tidak ada antrian panjang mengular.

Karena semua kendaraan sudah dikelompokkan berdasarkan kapasitas penyeberangan, dan bufferzone-nya jumlahnya ada banyak, ditambah lagi ada pengendalian arus ke Ciwandan dan BBJ sebagai support port Pelabuhan Merak, maka lalu lintas di Pelabuhan Merak pun berjalan dengan baik dan sangat terkendali.

Pada saat sekarang ini, semua kendaraan kembali boleh masuk ke pelabuhan tanpa batas. Tidak ada pengaturan seperti pada 2023 lalu. Akibatnya, terjadi penumpukan di Pelabuhan Merak, dan di semua segmen jalan akses antara pelabuhan dan pintu tol.

Implikasinya adalah terjadi antrian yang sangat padat sepanjang jalan. VCR jalan menjadi sangat tinggi. Kinerja jalan pun menjadi sangat rendah.

Akibat kemacetan antrian kendaraan yang mau masuk kapal, pada saat yang sama kendaraan tidak bisa turun dari kapal dan keluar dari pelabuhan dengan cepat. Maka waktu bongkar muat pun menjadi sangat panjang.

Karena jumlah trip menurun, akhirnya jumlah kendaraan yang bisa diseberangkan menjadi rendah.

Nanti kita perlu lihat data jumlah kendaraan yang diseberangkan pada 2024 ini, dari Merak ke Bakauheni, dan sebaliknya, untuk nanti dibandingkan dengan jumlah volume kendaraan yang diseberangkan pada 2022 dan 2023 lalu. Jika memang akan ada volume yang lebih banyak pada 2024 ini, maka nanti perlu dibagi dan dipilah, pada hal apa yang membuat volume ini menimbulkan masalah. Padahal sudah ada Ciwandan dan BBJ.

Kembali ke Strategi Delay System

Kita misalkan saja, jika secara bersamaan, kapal di dermaga ekspres dan reguler mampu menampung 1000 (seribu) mobil penumpang (smp) per sekali jalan di semua dermaga, maka hanya boleh ada 1000 (seribu) mobil yang mengalir dari jalan tol dan jalan raya menuju ke Pelabuhan Merak.

Semua kendaraan yang mau masuk ke Pelabuhan Merak di tunda perjalanannya di buffer zone yang sudah ditunjuk, bisa di jalan tol atau penampungan lainnya. Tetapi, jumlah per grup penampungan adalah 1.000 mobil, harus sama dengan kapasit kapal yang akan mengangkutnya.

Karena kendaraan tertunda di buffer zone, maka tidak akan ada gangguan pada arus kendaraan keluar. Kendaraan dari buffer zone akan diijinkan menuju ke parkir pelabuhan jika semua kapal sudah menampung dan mengakut 1000 unit mobil sebelumnya.

Kebijakan tiktok-an ini sangat penting diterapkan agar tidak terjadi gangguan terhadap arus kendaraan keluar dari kapal dan dari pelabuhan.

Jika volume meningkat tajam, maka jumlah bufferzone ditambah. Termasuk mengaktifkan secara optimal untuk Pelabuhan Ciwandan dan BBJ.

Hal yang sama untuk arus balik mudik dari arah Bakauheni. Polda Lampung dan jajaran Kemenhub dan Dishub setempat, termasuk ASDP dan BUJT, perlu memastikan hal seperti ini berjalan baik di Bakauheni. Perjalanan saya survey kondisi lapangan pada 7 April 2024 ke Bakauheni, Merak dan Ciwandan menunjukkan hal yang seperti saya sampaikan diatas. Pengaturan ulang dengan menterjemahkan istilah delay system secara tepat, sangat diperlukan.

Mengingat, kemacetan di penyeberangan Selat Sunda, terutama di Pelabuhan Merak, lebih disebabkan SOP penanganan arus dan volume kendaraan yang (kembali) tidak berjalan dengan baik. Harusnya, apa yang sudah dilakukan sejak Januari 2023 hingga mudik 2023 selesai, juga dapat berulang pada 2024 ini.

Sayangnya, semua pihak terkait tidak begitu pada masa mudik 2024 ini. Selalu saja ada pihak yang tidak mau belajar dari apa yang telah berjalan dengan baik pada masa mudik 2023 lalu. Ini membuat kita semua prihatin. (***)