Lolos, Atau Lupakan PON, Now or Never

BANDARLAMPUNG/Sport/10042023

 --- Mengelola semangat juang bukanlah hal yang mudah. Karena waktunya tidak banyak lagi, tidak panjang lagi. Dan kalau dibilang pas, ternyata masih kurang. Kalau dibilang kurang, mungkin masih bisa ditolerir.

Begitu, sebuah diplomasi dengan seorang pelatih beladiri yang sedang mempersiapkan atletnya untuk mengikuti Pra PON. Waktu 4 bulan itu sangat relatif. Asal jangan terganggu non teknis yang luar biasa, mungkin masih bisa diupayakan maksimal memberikan bekal latihan atletnya.

Bicara soal tiket Pekan Olahraga Nasional (PON), tentu bukan bicara tiket konser musik berskala nasional yang akbar sekalipun. Karena tiket ke PON harus diperjuangan dengan segala daya upaya, pikiran, fisik, mental dan juga uang.

Sementara tiket konser nasional, cuma perlu membuka aplikasi online, kemudian mengisi data diri calon pembeli dan memasukkannya kedalam daftar isian, lalu transfer uang, maka sudah beres. Peserta atau pembeli tiket tinggal menunggu konfirmasi barcode untuk dipergunakan sebagai tiket masuk ke konser.

Bedanya sangat jauh bahkan tidak ada hubungannya, dan yang agak sama hanya kata kata tiket itu saja. Tiketnya sama-sama untuk bisa masuk ke arena. Nah itu kenapa Konser dan PON itu beda.

Untuk masuk dan lolos ke PON merupakan cita-cita seluruh atlet Indonesia terutama yang dari daerah dengan kualifikasi tertentu. Karena PON kebanyakan membatasi usia peserta. Memang ada beberapa cabor yang tidak membatasi usia pesertanya, karena pertimbangan-pertimbangan khusus.

Namun demikian mayoritas dengan patokan usia, sehingga kesempatan untuk masuk ke gelanggang PON itu sangat terbatas. Kali ini masih bisa masuk, mungkin PON berikutnya sudah tidak bisa lagi, karena usianya sudah lebih 1 tahun, misalnya begitu.

Makanya ada tekad atlet yang bersemboyan “now or never”, sekarang atau tidak sama sekali. Karenanya mereka harus berjuang sekuat tenaga untuk lolos PON, dan ketika lolos maka dia harus berjuang untuk meraih medali. Apapun itu medalinya. Emas, Perak atau Perunggu.


Kejurnas, Pra PON dan Porwil

Ada beberapa cara yang bisa dipergunakan untuk bisa lolos PON memang, minimal ada tiga pintu perjuangan, yakni Kejuaraan Nasional berupa Sirkuit berseri atau apapun itu yang dipersyaratkan oleh PB nya cabor. Maka jalur ini harus ditempuh untuk bisa lolos lewat pintu ini.

Pra PON, yang mayoritas dipergunakan untuk meloloskan atlet ke PON memang terasa yang sangat berat. Karena biasanya para atlet terbaik dari seluruh daerah akan tumpah di arena perebutan tiket melalu jalur pra PON ini.

Dari Pra PON juga biasanya keluar berbagai kebijakan yang diambil oleh PB cabor misalnya seperti tadi itu, memberikan tiket gratis atau sebutannya wild card untuk beberapa atlet dengan klasifikasi yang dianggap bisa diterima semua pihak.

Wild Card diberikan terutama kepada atlet tuan rumah pelaksana iven. Ini sudah bargaining sebuah iven. Misalnya PON XX di Papua lalu, maka semua atlet Papua tak perlu capek-capek memburu tiket PON, mereka sudah lolos. Atau ada atlet muda berbakat yang menurut PB bisa diberikan tiket PON untuk memberikan pengalaman bertanding yang mana atlet ini memang diproyeksikan dalam pembinaan jangak panjang oleh PB cabor itu.

Yang terbanyak adalah berjuang sampai titik darah penghabisan, sehingga mampu meloloskan diri secara otomatis ke PON. Meski dengan kategori lolos dengan medali emas, perak dan perunggu, atau lolos karena masih ada kuotanya, yakni rankingnya masih masuk dalam aturan cabor tersebut.

Meskipun tidak mendapat medali di Pra PON, biswa saja masuk PON dengan kualifikasi peringkat 4 sampai 12. Bisanya begitu.

Porwil Sumatera. Ini iven khusus yang diakui sebagai pemberi tiket PON dari wilayah Sumatera. Porwil atau Pekan Olahraga Wilayah, saat ini tinggal Sumatera yang masih berjalan.

Itupun hanya mempertandingkan 10 sampai 15 cabang olahraga. Artinya hanya sekitar 25 persen dari keseluruh cabang olahraga yang dipertandingkan di PON nanti.

Porwil kali ini di Riau pada bulan September 2023, akan mempertandingkan kurang dari 11 cabor, dan itu semuanya memiliki kuota tiket untuk lolos.

Dari olahraga permainan, misalnya sepakbola hanya akan menyiapkan dua tiket ke PON yang akan diperebutkan oleh 8 provinsi, sementara dua provinsi lainnya Aceh dan Sumut lolos otomatis karena tuan rumah PON. Namun ini memberikan jatah lebih kepada tim Sumatera, karena menjadi 4 tim yang lolos ke PON, karena biasanya hanya ada 2 tim saja lolos PON.

Bola Voli juga hanya meloloskan satu tim dari Porwil ini, lalu yang lain juga mungkin akan meloloskan beberapa atlet tergantung dengan aturan PB dan kesepakatan bersama.

Pemetaan dan perhitunagn matang harus dilakukan untuk berburu tiket PON ini melalui tiga ajang besar pemberi tiket lolos PON itu.

Lampung masih harus berjuang dari semua pintu-pintu itu dengan harapan masih banyak tiket bisa diambil dari sana dan tentunya meloloskan sebanyak-banyaknya atlet ke PON XXI tahun 2024.

Selamat berjuang. (Edi Purwanto : wartawan olahraga)