FORNAS Palembang: Bapak Anak Raih Medali Emas

DL/09072022/Palembang

----- Perhelatan Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) ke-VI di Palembang Sumatera Selatan sudah berakhir. Namun bagi kontingen Lampung masih menyisakan cerita-cerita indah dari para pelakunya.

Salah satunya adalah Purwanto (46) atlet Kungfu yang juga tergabung pada Asosiasi Kungfu Tradisional Indonesia (AKTI) provinsi Lampung, yang bersama sang putra lelakinya Dimas Bagaskoro yang sama-sama turun di nomor Wingcun di Fornas Palembang.

Purwanto meraih satu medali emas di nomor Wingcun jurus Siulimtau, dan dua medali perak nomor Wingcun jurus Chamkiu dan jurus Wooden Dummy (Boneka Kayu).

Sedangkan Dimas Bagaskoro (16) yang baru naik kelas XI/IPA II di SMAN 10 Bandarlampung juga mempersembahkan dua medali emas dan satu perunggu lewat Kungfu.

Medali emas diperoleh dai nomor Wingcun Kelas B jurus Silimtau dan satu emas lagi dari Wingcun kelas B jurus Camkiu dan satu medali perunggu Wooden Dummy (Boneka Kayu).

Sejak Muda Suka Beladiri

Purwanto, memang sejak muda menyukai olahraga bela diri. Maka dari itu beberapa disiplin beladiri dia pelajari.

“Tahun 2000 sudah belajar Wushu Inti Bayangan di Jakarta. Dan sempat turun di nomor Sansou – Tarung kelas 60 Kg, pernah meraih medali perunggu di Kejurnas UPN Jogja,” kata Purwanto, di Wisma atlet Jakabaring Palembang.

Cabang olahraga Taekwando juga pernah digeluti sampai sabuk hitam. “Tetapi memang Taekwondo tidak diteruskan untuk prestasi, karena kemudian banyak mendalami olahraga Kungfu.” Tambahnya.

Setelah jurus Wingcun tidak masuk dalam kategori tanding di PB Wushu Indonesia, maka jurus itu kemudian diakomodir di Aliansi Kungfu Tradisional Indonesia (AKTI) yang mempertandingkan seluruh jurus tradisional.

“Kami terus mempelajari jurus tradisional dan terus dikembangkan di AKTI. Dan kali ini kami justru banyak mendulang medaloi dari jurus tradisional itu di Fornas Palembang,” ujar Wiraswastawan ini yang mengambil usaha ternak ayam ini.

Purwanto saat ini tidak lagi memilih nomor-nomor laga lagi karena usia semakin menua. “Saat ini umur semakin tua, ya tidak memungkinkan lagi untuk main di laga. Jauh lebih banyak ke jurus-jurus saja. Meskipun masih juga sering lupa jurusnya ditengah penampilan, karena lupa gak ngopi (minum kopi) dulu,” katanya sambil tertawa lebar.

Meski sebelumnya pernah mendalami di Perguruan Harimau Besi Palembang, namun saat ini Purwanto mendirikan Perguruan Kungfu Gerak Bayangan yang sudah berbadan hukum sejak beberapa tahun lalu.

“Tujuannya, supaya anak ada prestasi, tetapi mau jadi apa saja silahkan. Dengan perguruan sendiri tentu mudah dalam pengawasan anak. Dan saya selalu berpesan biar bisa jaga diri di luaran,” katanya.

Lebih Suka Nomor Tarung

Sementara sang anak, Dimas Bagaskoro, sebenarnya malah menyenangi nomor-nomor laga di cabang olahraga fullbody contact itu. Namun karena sang ayah memastikan bahwa nomor-nomor laga juga perlu persiapan yang ekstra banyak.

Maka Dimas akhirnya menurut saja. “ Awalnya terpaksa sich untuk nomor jurus seperti itu. Karena saya suka nomor tarung. Tapi yang akhirnya saya mengerti juga. Yak arena gak ada pilihan lain. Tapi ayah saya kan punya acara memberikan pengertian dan mengajari dengan sabar. Setahun belakangan saya belajar Wingcun ini,” kata Bagaskoro.

Meskipun di cabang olahraga nbeladiri lainnya Dimas Bagaskoro juga belajar Taekwondo sampai sabuk biru, bersama pelatihnya Aldi.

“Prosesnya ya cukup lama melatih fisik dan kemampuan badan, lama-lama senang dan mudah menghafalnya. Memang saya selalu membayangkan medali di setiap pertarungan atau penampilan, sehingga membantu saya untuk serius dan focus setiap Latihan,” kata Bagas.

Dari ketiga beladiri yang pernah dipelajarinya memang sangat berbeda, yakni Tawkwondo, Wushu dan Kungfu. “Ya memang sangat jauh berbeda dari ketiganya. Sehingga kita harus mampu mengingat mana yang jurus satu dan lainnya. Khusus Kungfu terutama untuk jurus Boneka kayu, harus ada proses mengeraskan tangan dulu, memang awalnya nyeri. Lama kelamaan yaa biasa.” Katanya.

Tentang sekolah, Bagas mengatakan bahwa proritas tetap sekolah. Dan olahraga tetap menjadi perhatian juga. Intinya harus bisa bagi waktu.

Pesan sang ayah bahwa untuk masa depan tetap harus fokus pada Pendidikan. Olahraga merupakan penunjang karir, jika dengan serius ditekuni tanpa harus mengalahkan sekolah sebagai jalur yang pokok. Selamat untuk keduanya. (don)

Tags