Masa Pandemi Bukan Berarti Sepakbola Mati
Oleh: Edi Purwanto – Pemimpin Redaksi Detiklampung.com
SEPAKBOLA sebuah fenomena yang sejak diperkenalkan di duniaabad 19 hingga saat ini masih sangat fenomenal, terbukti sepakbola menjadi olahraga yang paling digemari di seluruh jagad raya ini.
Dari seluruh cabang olahraga yang ada, Sepakbola adalah cabang yang mempunyai kepengurusan yang memiliki otoritas sangat tinggi, bahkan dari negara super power sekalipun.
Salah satu buktinya, bahwa organisasi sepakbola dunia, Federation of International Football Association (FIFA) bisa menentukan negara mana saja yang berhak menjadi tuan rumah piala Dunia, Piala Eropa dan seterusnya.
FIFA punya hak penuh mengatur sepakbola di dunia ini bahkan seluruh negara anggotanya yang diantaranya ada negara super power seperti Amerika Serikat, Rusia, China dan sebagainya harus ikut aturan yang digulirkan FIFA tanpa terkecuali.
Edi Purwanto – Pemimpin Redaksi Detiklampung.com
Termasuk Indonesia, yang sudah merasakan betapa pengaruh FIFA terhadap sepakbola di Indonesia sangat besar, yang mana Indonesia sudah pernah mendapatkan sangsi dari FIFA dan tidak diperkenankan melakukan pertandingan internasional.
Artinya, sepakbola Indonesia juga menjadi bagian dari putaran besar sepakbola dunia, karena tanpa hak bertanding ke kancah ASEAN, Asia dan Dunia, maka tidak ada gunanya Sepakbola Indonesia ini dikembangkan hanya di dalam negeri saja.
Kalau FIFA mampu menghentikan sepakbola Indonesia dalam hitungan tahun, maka satu lagi yang kini menjadi penyebab sepakbola Indonesia berhenti setahun, yakni Pandemi Covid-19.
Bedanya Pandemi Covid-19 ini tidak dimiliki oleh organisasi besar atau bahkan negara tertentu, justru banyak negara di dunia terdampak oleh Pandemi ini.
Tak Terpikirkan
Satu hal yang tidak pernah diperhitungkan sama sekali oleh siapapun penggiat dan aktivis sepakbola di dunia. Kompetisi di seluruh negara sepakbola berhenti hampir setahun.
Namun seiring dengan berangsur-angsur menurunnya Pandemi, beberapa negara Eropa sudah mulai menggelar kompetisi dengan aturan protokol kesehatan yang ketat. Meskipun pada awalnya terdapat hambatan, ketika beberapa pemain top dunia dinyatakan positif Covid-19, salah satunya Christiano Ronaldo yang saat ini bermain di Jubentus Italia.
Nyatanya Virus Corona itu tak pandang bulu memang. Orang sehat saja bisa terserang atau katakanlah terpapar oleh virus ini, meskipun risiko kematiannya lebih rendah dibandingkan dengan manusia yang terpapar dan memiliki penyakit bawaan lain yang lebih mematikan.
Indonesia yang menjadi salah satu negara terdampak pandemi Covid-19 serta merta menghentika kompetisi sepakbolanya di semua level, pada saat dinyatakan Indonesia darurat Corona Virus, sekitar bulan Maret 2020.
Meskipun Indonesia tidak melakukan Lockdown, hanya dengan pembatasan dalam skala besar (PSBB), namun dampaknya sangat luar biasa.
Berhentinya sepakbola Indonesia mengakibatkan multi player effect, dimana kalangan pemain sepakbola terutama yang sangat merasakan hal ini, Klub juga merasakan betapa sulitnya membiayai klub tanpa pemasukan baik dari sponsor maupun penonton, UMKM pun terdampak, dan masih banyak lagi.
Hampir tidak terpikirkan pula tentang cara terbaik untuk menyelenggarakan turnamen sepakbola yang bebas dari risiko penularan dan penyebaran virus Corona itu selama ini, karena hampir seluruh orang Indonesia masih shock dengan apa yang dinamakan virus Corona.
Piala Menpora
Pembuka Kran Sepakbola
Hampir setahun sepakbola Indonesia Mati Suri. Hingga terbetiknya angin segar digelarnya Piala Menpora 2021, yang merupakan salah satu way out sementara sepakbola Indonesia.
Piala Menpora dianggap sebagai percontohan, apakah sepakbola Indonesia sudah patut digelar atau belum sehubungan dengan masa Pandemi Covid-19. Karena dikhawatirkan akan menjadi cluster baru penyebaran virus ganas itu.
Bahkan saat Liga Eropa sudah mulai bergulir pun, pemerintah Indonesia masih diam, dan belum mau mengijinkan sepakbola digelar kembali.
Beruntung pak Menpora, Zainudin Amali memberanikan diri untuk menggelar turnamen berskala nasional yang diikuti klub-klub liga Satu Indonesia dan Piala Menpora 2021, dan kemudian direstui oleh Pemerintah secara utuh melalui Kapolri yang menyetujui dan mengijinkan turnamen ini digelar.
Sepanjang perhelatan Piala Menpora, tampaknya stadion yang bersih penonton itu menjadi pemandangan lain dalam sepakbola Indonesia, seperti di masa lalu ada partai pertandingan usiran, dimana sebuah tim yang dihukum tidak boleh bertanding di kandang sendiri dan harus memilih stadion lain untuk bertanding dan tidak diperkenankan ada penonton.
Namun kali ini berbeda dengan situasi pertandingan usiran itu, karena semua pertandingan disiarkan langsung oleh televisi dan dijadwalkan dengan jelas.
Jika melihat hasil-hasil pelaksanaan pertandingan selama Piala Menpora 2021 yang berjalan baik, tanpa insiden yang berarti, maka sudah selayaknya pula kebiasaan baru dalam sepakbola Indonesia diteruskan ke kompetisi yang sesungguhnya diseluruh level.
Masyarakat sudah mulai terbiasa mendukung tim dari rumah, dan tidak nonton bareng karena risiko dari Pendemi Covid-19 masih membayangi Indonesia.
Piala Menpora tampaknya sukses memberikan contoh soal dan tata cara pelaksanaan pertandingan sepakbola di Indonesia sesudah ini.
Ada negara yang sudah membuka pertandingan sepakbola dengan penonton terbatas, seperti Inggris dan Australia. Dalam Liga Inggris, Premier League sudah tampak ada ratusan penonton yang hadir di stadion dengan protokol kesehatan yang mungkin juga sangat ketat, karena negeri itu juga menjadi salah satu negara terdampak Covid-19.
Lalu Australia, sudah memutar Liga Sepakbolanya juga dengan dihadiri penonton di stadion, seperti yang bisa kita saksikan di BeinSport di beberapa stasiun televisi berbayar.
Kenapa Indonesia tidak berani melakukannya meski dengan kebijakan tanpa penonton?
Rasanya sudah cukup sukses menggelar Piala Menpora 2021 yang sampai memasuki babak semifinal semua tampaknya lancar saja, dan kemudian bisa dievaluasi kekurangannya oleh PSSI dan Kemenpora serta Kapolri.
Ini sebuah angin segar untuk mengeluarkan masyarakat Indonesia dari tekanan Pandemi, dimana masyarakat disuruh untuk tetap di rumah saja, membatasi aktivitas di luar rumah jika tidak perlu.
Alternatif digelarnya sepakbola yang disiarkan langsung oleh televisi sudah merupakan SATU dari beberapa obat yang diperlukan rakyat Indonesia, karena sekarang sepakbola Indonesia sudah mulai lumayan bisa menjadi tontonan, meskpun belum sepenuhnya bisa jadi tuntunan, karena ulah beberapa pemain yang mungkin masih belum sadar profesionalisme dalam sepakbola. Bah itu urusan lain.
Singkat kata, pagelaran pertandingan sepakboal di era Pandemi Covid-19 sudah mendapatkan exercise dari Piala Menpora, selanjutnya tancap bisa diduplikasi ke kompetisi sesungguhnya.
Indonesia bangsa yang besar, bangsa yang kuat dengan berbagai cobaan dan bencana. Maka untuk sekedar memutuskan bahwa Kompetisi Sepakbola sudah boleh digulirkan mungkin tidak sulit bagi pemerintah Indonesia. (***)
Comments