Tokoh Pemekaran Kabupaten Protes Sebutan Simpang Monyet untuk Daerah Simpang Gunung Tekuk

DL/23102020/Tubaba

---- Tokoh Pemekaran Kabupaten Tulangbawang Barat, Khoiri Rujungan tidak setuju dan memprotes keras sebutan Simpang Monyet untuk daerah Simpang Tiga Panaragan pada video yang beredar luas di masyarakat.

Menurutnya sebutan ini tidak relevan dengan situasi dan sejarah daerah ini.

Mkaa dia meminta pihak berwenang dalam hal ini pemerintah Kabupaten menhembalikan ke nama awalnya yakni Simpang Tiga Gunung Tekuk.

Khoiri yang juga mantan anggota DPRD Tulangbawang periode 1999-2004 ini punya alasan menolak penamaan sebuah kawasan tanpa alasan.

"Tempat itu ada sejarahnya yang sudah diakui masyarakat sejak 1919. Jangan serta merta merubah tanpa alasan." Katanya kepada media ini, belum lama ini.

Menurut Khoiri, jalan Panaragan - Menggala pada masa pemerintahan Belanda tidak ada di simpang tiga tetapi lewat Menggala Mas. 

Sejak tahun 1919 jaman juru ukur bernama Yakub jalan Panaragan dibuka lewat Gunung Tekuk dan jalan ke Gedung Ratu itu lewat pinggir sungai.

Dengan maraknya transmigrasi pada tahun 1973-1974 baru ada kelancaran jalan transmigrasi melalui simpang tiga yang berada di puncak Gunung Tekuk sama dengan Bawang Tekuk (Rawa Tekuk). 

Gunung Tekuk artinya pengumpulan, sama dengan Bawang Tekuk yang ada di antara Panaragan dan Bandar Dewa. Sedangkan Bandar Dewa adalah pelabuhan pada masa Hindu sebelum Islam.

Mengapa orang berlabuh di Bandar Dewa dan Tekuk, karena daerah itu tempat pengumpulan orang untuk bertapa di Panaragan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Khoiri, yang juga salah satu putra daerah Panaragan yang mengetahui sejarah adanya tiyuh Panaragan mengatakan, bahwa apa yang disampaikan Maryanto dalam videonya dikhawatirkan akan mengaburkan jejak sejarah daerah ini.

Dia menyayangkan penanaman yang tanpa alasan dan tidak berusaha mencari tahu sejarahnya merupakan hal yang tidak bijak.

Dalam video itu penamaan Simpang Tiga Gunung Tekuk disebut dengan Simpang Monyet.

"Jelas Maryanto mengada-ada dengan mengatakan Simpang Tiyuh Panaragan sebagai Simpang Monyet. Jadi saya ingin bertanya Maryanto kenapa menyebut tempat itu Simpang Monyet, karena tidak ada alasan menyebut Simpang Tiga Tiyuh Panaragan sebagai Simpang Monyet," ujar Khoiri.

Masih kata Khoiri Rujungan, sejak belum masuknya transmigrasi ke wilayah ini, sudah dikenal warga setempat sebagai Simpang Tiga Gunung Tekuk yang berhubungan dengan Bawang Tekuk (Rawa Tekuk).

 Pada zaman dahulu kala tempat orang datang dan singgah untuk bertapa ke Panaragan karena asal kata panaragan adalah penarag atau tempat pertapaan.

"Berkaitan dengan sebutan tersebut sebaiknya dikembalikan kepada sebutan lama Simpang Tiga Gunung Tekuk agar sejarah asal yang diwariskan oleh nenek moyang Panaragan tidak hilang ditelan dongeng - dongeng yang belum jelas ceritanya," tandasnya. (Heri/dewa )