Miris Anak-Anak Indonesia Minim Akses dan Minat Membaca Buku Rendah

DL/05052020/Bogor
--- Nasib
anak-anak indonesia dalam hal literasi memprihatinkanakibat minim akses
terhadap buku bacaan berefek padaminat baca yang rendah. Pernyataan ini
disampaikan pengamat pendidikan dari Dompet Dhuafa, Aza El Munadiyan dalam
keterangan tertulis Sabtu, 2 Mei 2020.
“ Ada
korelasi yang kuat antara akses terhadap buku yang rendah dan budaya membaca di
Indonesia. Indeks Alibaca nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi
rendah, yaitu berada di angka 37,32. Nilai tersebut tersusun atas, dimensi
kecakapan sebesar 75,92; dimensi akses sebesar 23,09; dimensi alternatif 40,49;
dan dimensi budaya sebesar 28,50. Akses dan budaya menyumbang peranan terkecil
sehingga mengakibatkan Indonesia masuk dalam aktivitas literasi rendah,” jelas
Aza.
“ Indeks
Alibaca ini bisa kita ambil dua hal penting. Pertama, dimensi kecakapan secara
nasional tinggi yang terkorelasi dengan angka pemberantasan buta aksara dan
rata-rata lama sekolah sudah baik. Artinya anak-anak Indonesia sebenarnya bisa
membaca, hanya saja mereka tidak memiliki sesuatu untuk dibaca akibat akses
yang kurang terhadap buku dan bahan bacaan. Tidak ada bahan bacaan menyebabkan
rendahnya budaya membaca sehingga budaya berbicara tinggi di Indonesia,” tambahnya.
Namun
menurut alumni Universitas Gadjah Mada ini, ada ironi yang terjadi antara akses
buku dan akses internet. Akses buku yang biasanya diperoleh siswa di sekolah
menjadi rendah akibat jumlah ketersediaan dan kualitas buku bacaan di
perpustakaan sekolah.
Data
jumlah sekolah dasar di Indonesia mencapai 148.673 dimana 98.332 memiliki
perpustakaan sekolah, sedangkan 34 % atau 50.341 sekolah yang tidak memiliki
perpustakaan.
Sedangkan
berdasarkan laporan terbaru We Are Social,
pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia.
Dibandingkan
tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di negeri
ini. Artinya dari 272,1 juta jiwa
penduduk Indonesia 64% telah merasakan akses ke dunia maya.
Penduduk
Idonesia itu gila internet jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Dalam
sehari penduduk Indonesia menghabiskan waktu hampir 8 jam perhari tepatnya
07.59 untuk mengakses internet. Jauh meninggalkan negara-negara maju seperti
Jepang, Jerman, Belanda, Prancis, Australia bahkan Amerika dan China sebagai
pusat teknologi informasi dunia.
“Maka dari itu kami,
Dompet Dhuafa Pendidikan memberikan rekomendasi terkait dengan upaya peningkatan
akses dan minat baca anak-anak Indonesia memanfaatkan teknologi informasi.
Pemerintah harus melakukan revolusi kegiatan pembelajaran sehingga kualitas
literasi anak-anak Indonesia bisa meningkat,” tegas Aza.
Berikut
ini rekomendasi Dompet Dhuafa Pendidikanterkait dengan upaya peningkatan akses
dan minat baca anak-anak Indonesia memanfaatkan teknologi informasi diantaranya mendorong pemerintah untuk
menghadirkan pojok baca di sekolah dengan mengoptimalkan dana BOS dan
menghadirkan pojok baca di desa-desa dengan mengoptimalkan dana desa.
Mendorong
pemerintah dan pegiat pendidikan untuk menghasilkan bahan bacaan berkualitas
yang bisa di akses secara online maupun offline.
Memanfaatkan
internet untuk melakukan penetrasi peningkatan akses dan budaya baca rakyat
Indonesia.
(*/lis)
Comments