Nenek Sembilan Cucu Ini Berjuang Hingga Sembuh dari Virus Covid-19
DL/15042020/JAKARTA
--- Ruretno Sari
(71) pasien positif corona atau Covid-19 kini bisa kembali menghirup udara
segar, setelah sebelumnya menjalani perawatan di beberapa rumah sakit karena
tertular virus Covid-19. Pada tanggal 30 Maret 2020, Ruretno dinyatakan sembuh
setelah menjalani perawatan di RS Siloam Bekasi, perusahaan milik grup
Lippo.
Wanita yang
memiliki sembilan cucu itu, kini kembali ke pelukan keluarganya, meski dia
harus ditinggalkan oleh sang suami, yang terlebih dulu terserang virus menular
itu.
Sang suami bernama
Gunawan Soebroto dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit, setelah menjalani
perawatan selama lima hari karena virus corona.
Sang suami, kata
dia, terlebih dulu mengidap virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China itu. Sekali pun, sang suami dan dirinya tidak menyadari
karena terpapar virus corona. Terlebih, sang suami tidak pernah terserang
penyakit semasa hidup.
"Jadi pada
tanggal 12 Maret 2020 adalah hari awal suami saya mulai merasa sakit flu dan
batuk. Kerena hal itu, sore harinya saya langsung membawa suami saya ke dokter
pada hari Kamis," kata dia.
Namun demikian,
meski sudah berobat suaminya itu tetap saja tidak sembuh. Yang kemudian pada 14
Maret 2020, dirinya pun mengalami hal serupa seperti yang dirasakan oleh sang
suami.
"Seluruh badan
saya sakit, begitu juga suami saya, kepala sakit, badan sakit. Untuk jalan saja
benar-benar sakit, sampai-sampai saya harus diponggoh oleh anak-anak saya.
Jalan ke kamar mandi juga harus dipapah sama anak-anak," beber dia.
Mulanya, dia
mengaku tidak menyadari terkena virus corona. Padahal sudah melakukan
pemeriksaan ke dokter. Karena tak kunjung membaik, akhirinya dirinya melakukan
pemeriksaan ke Rumah Sakit Kolombia.
"Pada hari
Minggu saya ke UGD RS Kolombia, diperiksa darah yang akhirnya saya disebut
terkena virus dan bakteri, dan suami saya diberi obat dan saya tidak,"
cetusnya.
Meski sudah
berualang kali berobat, tetapi sakit ditubuhnya tak kunjung reda. Dia bersama
sang suami kembali ke dokter. Tetapi, dokter kali ini hanya memintanya agar
banyak minum air mineral.
"Tanggal 15
kami kembali lagi ke dokter, tapi pindah ke RS Royal Progres, disitu kami
meminta yang VIP, saya kemudian dipisah, suami saya sendiri, dan saya
sendiri," katanya.
Namun demikian,
dirinya meminta tidak mau menjalani perawatan, karena merasa tidak nyaman
dengan situasi yang terjadi ketika itu. Ketika menuju pulang ke rumah, dirinya
mengalami muntah-muntah.
"Saya
muntah-muntah ketika diperjalanan menuju rumah. Ditambah, sampai di rumah tidak
bisa tidur, karena badan dan kepalanya terasa sakit semua. Dan akhirnya malam
itu saya dijaga oleh menantu saya, pagi hari baru bisa tidur," katanya.
Selanjutnya, pada
siang harinya dirinya dilarikan RS Eka Hospital yang berada di Harapan Indah.
Dia pun langsung dimasukan ke UGD. "Saya diinfus, dan langsung dimasukan
ke kamar. Dan pada sore hari tanggal 18 Maret 2020, saya mendengar kabar suami
saya sudah meninggal dunia, karena pada hari itu suami saya kritis, suami saya
sudah menajalani isolasi," katanya.
Dia mengaku ketika
itu terkejut, karena dia merasa semasa hidup sang suami tidak pernah mengalami
sakit. "Saya yang sering sakit dan suami saya itu orang baik, dan saya
pernah bedoa kepada tuhan, kalau memang mau memanggil dari salah satu kami,
panggil saya dulu tuhan, karena saya gak sanggup hidup tanpa suami,"
lirihnya.
Namun demikian, lanjut dia, rencana sang pencipta berbeda, sang suami terlebih dulu menghadap sang pencipta dengan kondisi sakit selama lima hari perawatan di rumah sakit. "Tapi saya bersyukur, karena suami saya tidak menderita sakit lama," katanya.
Perpisahan dirinya
di Rumah Sakit Royal Progras ternyata merupakan pertemuan dirinya dan sang
suami, karena ketika itu dirinya memutuskan untuk kembali ke rumah tidak
menjalani perawatan.
"Ternyata itu
pertemuan saya yang terkahir. Yang pada akhirnya saya memutuskan untuk pulang
dari RS Eka Hospital, karena saya ingin bertemu sang suami untuk yang terakhir
kalinya sebelum dikebumikan," katanya.
Sang suami akhirnya
dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, meski diberikan sejumlah syarat. "Malam
itu kami tinggal di Hotel dekat TPU Pondok Ranggon, agar bisa mengebumikan
jenazah suami saya," jelasnya.
"Tapi saya
masih kurang fit dan tidak kuat, akhirnya anak perempuan saya memutuskan agar
saya tidak ikut, termasuk menantu saya karena terserang demam, kami ketika itu masih
tidak ngeh kalau itu karena corona," katanya.
Akhirnya, lanjut
dia, pemakaman sang suami hanya disaksikan oleh anak perempuannya dan suaminya.
"Begitu disana tidak boleh ada acara macam-macam, begitu masuk langsung
dikubur," katanya.
Setelah mengebumikan
sang suami, semua anak-anaknya kembali ke rumah. Disitu kondisi dirinya semakin
parah, yang pada akhirnya dilarikan ke RS Siloam, Kota Bekasi.
"Saya langsung
dimasukan ke ruang penyaringan dan setelah itu ke UGD, saya diinfus, dan
hasilnya pun mengejutkan paru-paru saya kurang bagus, termasuk menantu saya
juga yang ikut diperiksa, akhirnya saya diisolasi dan menantu saya harus
diisolasi di rumah," kata dia.
Dirinya juga
bercerita mengenai berbagai prosedur yang harus dilaluinya di RS Siloam Bekasi.
Mulai dari ruang penyaringan, lalu pemeriksaan di UGD dan kemudian diinapkan di
ruang isolasi yang telah dipersiapkan RS Siloam. Ruretno terpaksi diisolasi
melihat hasil CT Scan paru-parunya yang kurang baik dan membutuhkan perawatan
lebih lanjut.
Sembuh dari Virus Corona
Lalu bagaimana
Ruretno bisa melawati masa-masa kritis akibat virus mematikan itu? Menurut dia,
ada tiga hal yang membuat dirinya bisa bertahan selama "dicengkram"
oleh virus menular tersebut.
"Pertama
adalah, minum lah obat-obatan atau vitamin yang diberikan oleh dokter dengan
baik," kata Ruretno kepada wartawan.
Ruretno bersyukur
dan berterima kasih atas perawatan yang diberikan dokter dan para perawat di RS
Siloam Bekasi. Perawatan dan dukungan yang diberikan para dokter dan perawat
dirasa tepat dengan dirinya mengalami perbaikan kondisi dari hari ke
hari.
“Dari kondisi
kepala tidak enak, vertigo, badan sakit semua, napas sesak, memang membuat kita
down,” ucap Ruretno. Namun dirinya semakin termotivasi dengan perawatan yang
diberikan sehingga satu demi satu kondisinya membaik.
Kemudian yang kedua
adalah berserah diri dan selalu memuji kepada sang pencipta. Dengan mendekatkan
diri kepada sang pencipta, maka dirinya bisa bertahan dan dinyatakan sembuh
dari virus menular tersebut.
"Ada suatu
kekuatan di diri kita yakni selalu memuji tuhan, dan membaca firman tuhan, itu
yang saya lakukan, jadi pada saat saya lemah, saya selalu mendekatkan diri
kapada tuhan," jelasnya.
Selanjutnya yang
ketiga, yang tak lain adalah dukungan dari keluarga. Karena itu, dirinya bisa
kembali ke pelukan keluarga yang dicintainya.
"Ini yang tak
kala penting, kesatuan keluarga saya, saya melewati itu semua karena dorongan,
semangat anak dan menantu saya. Ini yang menyamangati semua," kata dia.
Karena tiga hal
itu, akhirnya dirinya dinyatakan sembuh meski pun sang suami tidak tertolong
akibat virus corona itu. "Mati hidupku karena tuhan, bukan karena corona,
jangan takut ataupun khawatir, saat virus itu menyerang, tetaplah selalu memuji
tuhan dan dekat dengan keluarga," bebernya. (*/tim)
Comments