AJI-Bestari Umumkan Pemenang Kompetisi Jurnalitik Konservasi TNBBS
DL/16122019/Bandarlampung
---- ISU lingkungan belum menjadi perhatian khusus di jurnalis dan media,
terutama di Lampung. Umumnya media hanya mengangkat pada aspek akibat saat
sudah ada korban hingga menjadi kejadian luar biasa. Terkadang juga isu ini
hanya muncul secara tiba-tiba saat ada peristiwa.
Ketua AJI Bandar Lampung Hendry Sihaloho menilai sangat
jarang ditemukan media merancang liputan isu lingkungan dengan baik untuk
menyajikan berita yang lebih komprehensif. Misalnya mengangkat akar kerusakan
taman nasional dan tawaran solusi sehingga menjadi wacana untuk membangun
diskusi bersama antara pemerintah dengan para pemangku kepentingan.
Untuk itulah diperlukan pemahaman yang baik dan membangun perspektif yang baik dalam mengenali isu lingkungan, terutama di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Topik mengenai TNBBS sebenarnya dapat dibuat menjadi
tulisan menarik yang mendalam dan penuh analisis (news analysis).
Hendry menuturkan AJI Bandar Lampung bersama dengan Program BESTARI (Pelestarian Habitat Prioritas di TNBBS) mengadakan pelatihan dan telah memfasilitasi jurnalis dalam tiga kali kesempatan untuk melakukan peliputan di TNBBS.
Selanjutnya, untuk mengapresiasi dan mendorong jurnalis
menghasilkan liputan berkualitas, program akan memberikan hadiah kepada
jurnalis dengan liputan terbaik mengenai TNBBS selama tahun 2019.
Ketua AJI Bandar Lampung, Hendri Sihaloho selaku juri mewakili juri lainnya yakni jurnalis senior Budisantoso Budiman dan David Purmiasa, Koordinator Program BESTARI, menuturkan panitia menerima 30 karya dan menyaringnya menjadi 25 karya.
Juri kemudian membagi menjadi tiga kategori meliputi straigh news, Indepth reporting, dan news video.
Juri sepakat bahwa kategori news video diraih oleh Joshua Napitupulu dari Fajar
Sumatera dengan judul “Perlindungan dan Peran Vital Satwa di TNBBS”. Video 21
menit ini menceritakan detail kawasan TNBBS, termasuk persoalan di dalamnya.
"Melalui kerja-kerja jurnalistiknya, Joshua berbicara hal-hal umum
yang bersifat pengetahuan tentang TNBBS. Liputannya juga dilengkapi
wawancara sejumlah narasumber, termasuk warga yang menjadi korban, di mana
rumahnya dirusak satwa liar," kata Hendry, di Hotel Whiz Prime, Bandar
Lampung, Minggu (15/12).
Lalu, kategori straight news diraih oleh Andi Apriyadi, jurnalis Jejamo.com.
Karyanya berjudul “Perburuan Satwa di TNBBS, Kasat Polhut Agus Hartono: Diduga
Libatkan Masyarakat dan Oknum TNI”. Liputan ini menyentil ihwal dugaan
keterlibatan oknum aparat dalam perburuan satwa di kawasan TNBBS. Meski kurang
mendalam, namun liputan tersebut mengindasikan bahwa isu keterlibatan aparat
dalam perburuan satwa bukan isapan jempol.
Selanjutnya, kategori indepth reporting, terjadi diskusi yang cukup lama di
antara para juri. Ada dua karya yang dinilai layak menjadi pemenang. Akhirnya,
tim juri sepakat ada dua pemenang. Mereka adalah Vina Oktavia dari Kompas
dengan judul “Gajah-gajah Liar Tetangga Kami” dan Eni Muslihah dari Mongabay
berjudul “Cukup Batua, Korban Terakhir Jerat Pemburu. Kedua liputan ini
sama-sama menyoroti hewan yang kini populasinya terancam punah, yakni gajah
sumatra dan harimau sumatra.
Melalui karya jurnalistiknya, Vina mencoba membangun kesadaran publik akan
keberadaan gajah di kawasan TNBBS. Secara jurnalistik, Vina mengemas isu
tersebut dengan baik, sehingga publik relatif mudah memahami.
Sementara, Eni berbicara mengenai Batua, potret harimau Sumatra yang menjadi
korban jerat pemburu. Ia melaporkan kondisi terkini dan penanganan Batua.
Juri menilai, Eni menerapkan jurnalisme advokasi. Lewat tulisannya, ia berupaya
mengadvokasi Batua. Sementara, Vina menerapkan jurnalisme edukasi. (lis)
Comments