Dukungan Teknologi Balitbangtan untuk Kemajuan Pertanian Sultra

DL/07112019/Sultra

---- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pembangunan pertanian adalah tanggungjawab bersama. Untuk kemajuan pertanian Indonesia, perlu memanfaatkan sains, riset, dan teknologi. Hal tersebut dikatakan Mentan dalam acara puncak Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 39, Sabtu (2/11/2019).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sebagai instansi yang bergerak di bidang riset pertanian siap untuk terus mengembangkan teknologi yang dibutuhkan petani. Seperti yang telah diterapkan pada beberapa komoditas di Sulawesi Tenggara di lokasi Gelar Teknologi HPS di Puudambu, Kecamatan Anganta, Kabupaten Konawe Selatan.

Misalnya, sentuhan teknologi diberikan pada komoditas kakao sehingga dapat berbuah di luar musim. Seperti dijelaskan Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry, sangat tepat mengangkat komoditi kakao karena Kabupaten Konawe Selatan merupakan sentra utama kakao di Sultra.

Ditemui di lokasi Gelar Teknologi HPS 2019, Fadjry menjelaskan, “Di sini kurang lebih ada 850 hektare kakao yang tersebar. Umur sekitar 20 sampai 25 tahun, sudah tanaman tua dan hampir tidak terpelihara, tidak ada sentuhan teknologi.”

“Untuk itu Balitbangtan mencoba, dengan tantangan dan kondisi tanaman kakao yang ada ini untuk memberikan, memperlihatkan kepada petani bahwa dengan sentuhan teknologi dapat membuahkan kakao di luar musim,” tambah Kepala Balitbangtan.

Selain penanaman dan pembuahan kakao, Fadrjy menyebutkan Balitbangtan juga memberikan bimbingan olahan kakao. Misalnya bagaimana melakukan fermentasi yang cepat dengan alat sederhana, termasuk sampai menghasilkan produk setengah jadi seperti powder, pasta coklat, dan lainnya.

Selain kakao, Balitbangtan juga memberikan contoh bagaimana pemanfaatan lahan saat ingin melakukan rehabilitasi/replanting tanaman kakao.

“Kita bisa tumpangsari dengan varietas unggul seperti pagi gogo, jagung, kedelai, bahkan kacang hijau,” jelas Fadjry.

Tumpangsari sari tanaman pangan (Turiman) padi gogo kedelai (Pagole) misalnya, dengan varietas unggul yang ada seperti pagi gogo Inpago 8, Inpago 11, Inpago 12, dan Rindang 1. Kemudian ada kacang hijau Vima 1 dan Vima 2, kedelai Dering 2 dan Dering 3, kacang tanah Talam 1, juga ubi jalar Antin 3.

Fadjry menambahkan, “Kita mempunyai beberapa VUB yang tahan naungan dan tahan kering. Respon petani sudah baik. Jika tanaman samping ini sudah menghasilkan, semoga bisa menambahkan penghasilan untuk kebutuhan sehari hari.”

Balitbangtan juga mengenalkan kambing Boerka (indukan kambing kacang dan jantan kambing boer). Kambing Boer dikenal dapat mengawini betina hingga 50 ekor, dan merupakan tipe pedaging.

“Kenapa kambing boerka karena bisa beradaptasi tinggi pada kondisi tropis dan kondisi pakan di wilayah ini,” jelas Kepala Balitbangtan.

Lebih lanjut Fadjry memperkenalkan bioindustri kambing Boerka dengan kakao dimana kulit kakao sebagai tambahan pakannya, lalu urine kambing dapat dijadikan sebagai pupuk organik.

"Kita juga beri contoh ke petani bagaimana pengelolaan air dengan sentuhan teknologi 4.0. Dengan sentuhan android bisa menghidupkan sistem irigasi di lapangan. Ini salah satu contoh kalau Balitbangtan sudah mengarah ke pertanian 4.0,” tutup Fadjry. (lis)

Tags