Sepakbola: Soal Jan Saragih, Bukan Sekedar Mundur atau Dimundurkan

DL/29072019/Bandarlampung

---- Gonjang ganjing persoalan prestasi tim anggota Shopee Liga 1 – 2019, Perseru Badak Lampung FC memang terus menyisakan pertanyaan di tengah masyarakat sepakbola. Karena beberapa media dengan cepat mengeluarkan rilis yang berbeda, antara dipecat atau mundur.

Namun demikian, beberapa tokoh olahraga Sepakbola Lampung, terkait posisi Jan Saragih, pelatih Badak Lampung FC, melihatnya bukan soal mundur atau dimundurkan, melainkan jauh lebih luas spektrumnya.

Karena dalam cerita sepakbola dan kepelatihannya, di dunia ini sudah banyak yang jauh lebih heboh. Termasuk pergantian pelatih Manchester United, Jose Mourinho beberapa waktu lalu.

Siapa tak kenal Mourinho. Pelatih yang menyebut dirinya sebagai the special one. Juga bisa gagal sejak awal musim kompetisi Liga Primier Inggris, dan ketika pelatih diambil alih mantan pemain MU, Ole Gunar Solkjaer, malah tim ini kembali naik peringkat.

Apalagi di tubuh Perseru Badak Lampung FC, sebuah klub yang baru saja pindah kandang, dari Papua ke Lampung. Dengan berbagai fasilitas yang juga masih baru dibenahi, tim pelatih yang baru saja menangani kasta liga 1 dan sebagainya.

Di beberapa media, CEO Perseru Badak Lampung FC, Marco Garcia Paulo, dengan santun mengatakan bahwa soal kemunduran pelatihnya Jan Saragih bukan soal kegagalan. Namun semata-mata karena memberikan kesempatan kepada yang lain.

Komentar ini memang tak lazim dalam sepakbola, karena tidak seorangpun pelatih yang sedang enjoy menangani tim, tiba-tiba melepaskannya dan memberikannya kepada orang lain.

Bela Diri Gaya Jan

Seperti komentar beberapa tokoh sepakbola Lampung, yang salah satunya adalah pelatih kawakan Halilintar Gunawan. “Ya mungkin ini karena ewuh pakewuh saja. Bahasa kan bisa dibuat sedemikian rupa agar tidak menyinggung perasaan. Tetapi ingatlah bahwa masyarakat Lampung ini termasuk gila bola. Yang mengerti soal permainan sepakbola. Dan penonton Lampung dikenal kritis, tetapi tidak anarkis.” Kata Halilintar kepada detiklampung.com, via selulernya, Senin 29 Juli 2019.

Menurut Halin, panggilan akrab Halilintar Gunawan, soal mundur atau dimundurkannya pelatih Badak Lampung, Jan Saragih, sekarang menjadi tidak penting lagi. Karena suara sumbang itu sudah ada sejak jauh hari sebelum pertandingan lawan Madura United.

“Saya ikuti perkembangannya di media sosial. Termasuk bagaimana Saragih membela diri dalam komentarnya di Medsos. Dia memang sepertinya tidak merespon kritikan netizen yang juga penonton bola Lampung, namun menjelaskan tentang keputusan dan pendapatnya sendiri. Ya monggo. Tetapi akhirnya reaksi kan datang lebih besar yang menginginkan Jan mundur dari Badak Lampung,” tutur Halin.

Menurut Halin, ketika berhadapan dengan fans atau apapun penggemarnya, seorang pelatih jauh lebih baik mengakomodir masukannya, ketimbang harus bertahan bahwa pendapat atau langkah dia yang benar.

“Ya buktinya, kekalahan 1-5 itu telak lo. Ini fakta. Dan ketika kita juga punya banyak peluang yang berhasil digagalkan oleh kiper lawan, itu juga fakta. Bahwa pemain Madura United punya kemampuan lebih. Kalau ini tidak diakui sebagai fakta, maka repot untuk klarifikasinya.”Ungkap Halin.

Faktanya, Rido bisa bermain sangat bagus dan melakukan penyelamatan lebih dari tiga peluang emas Badak Lampung. Sementara penjaga gawang Lampung, tidak bisa melakukan penampilan seperti Rido?

“Nah timbulnya kan nanti terjadi debat. Maka dari itu catatan pentingnya adalah bahwa barisan belakang Badak Lampung sangat lemah dan paling lemah diantara seluruh kontestan Liga 1 kali ini. Lampung paling banyak kebobolan. Ini juga fakta. Kenapa bisa berlarut-larut dibiarkan saja. Menurut saya, disinilah kegagalan Jan Saragih,” katanya.

Sementara mantan pemain PSBL era Paul Cuming di tahun 1996-97, Heri Suswoko, mengatakan bahwa dinamika ini wajar dalam sepakbola. “Jika memang Jan mundur, saya apresiasi tentang kejantanannya mengakui kegagalannya. Itu yang penting.” Kata Heri.

Mundur adalah bentuk sportivitas seorang olahragawan. Namun juga harus dengan gamblang memberikan alasan pada publik. “Harus jujur, agar tidak dicap pengecut. Memang jarang manusia mau mengakui kesalahannya. Tapi demi kebaikan dirinya, dia harus berani mengatakan alasannya yang jelas. Bisa saja karena materi pemainnya tidak memenuhi standar, atau tekanan dari manajemen. Banyak faktornya.” Kata Kepala Bank Lampung cabang Pesawaran itu.

“Memang harus diakui banyak hal harus dilakukan dalam tim ini, termasuk merangkul simpati masyarakat Lampung. Kalau berkaca pada pertandingan terakhir melawan Madura United, memang Lampung kebobolan 5 gol. Namun beberapa pelaung juga diciptakan untuk menjebol gawang Madura, namun penampilan luar biasa dari Rido, kiper Madura United, maka beberapa peluang emas Lampung mentah,” tambahnya.

Masyarakat masih berharap kebaikan akan menaungi Badak Lampung FC, dengan pergantian kepelatihan yang punya kemampuan meracik pemain dan memiliki keberuntungan, dalam setiap pertandingan di Kandang maupun tandang. (don)