Duel Tim Kelahiran Papua yang Berubah Identitas

DL/18062019/Bogor

----- Perang perdana PS Tira Persikabo versus Perseru Badak Lampung, diyakini sebagai sebuah pertemuan dua tim dari kawasan timur, Papua. Dua tim ini sejatinya lahir dari sana.

Derbi Papua di Shopee Liga 1 2019 dilatarbelakangi penyebab yang sama, tim-tim dari pulau paling Timur di Indonesia tersebut perlahan rontok.

Pulau Papua menjadi salah satu daerah terbanyak yang menyumbang kontestan untuk Divisi Utama, kasta tertinggi sepak bola Indonesia pada medio 2000-an. Saat kompetisi berganti tajuk menjadi Liga Super Indonesia (LSI) pada 2008, klub-klub Papua masih dominan.

Hampir di setiap musimnya, Papua punya wakil di level teratas sepak bola Indonesia. Selain tim yang paling termahsyur, Persipura Jayapura, klub-klub lain seperti Persiwa Wamena, Perseru Serui, Persidafon Dafonsoro hingga Persiram Raja Ampat, pernah menghiasi kompetisi kasta tertinggi nasional.

Kondisi persepakbolaan di Papua mulai berubah ketika sejumlah tim dilanda krisis finansial. Minimnya dukungan dari sponsor membuat beberapa tim harus berpikir panjang untuk tetap eksis di Liga Indonesia.

Korban pertama yang jatuh adalah Persidafon. Sempat lolos ke LSI pada 2012 lalu, tim yang identik dengan warna hitam-putih bak Udinese ini kolaps pada 2014 lalu.

Saat berlaga di Divisi Utama (saat ini Liga 2), Persidafon kehabisan bensin dan memilih mundur di tengah kompetisi.

Sebelum mengulas nasib Perseru dan Persiram, perjalanan Persiwa lebih beruntung. Pada 2018, tim berjulukan Badai Pegunungan ini pindah markas ke Cirebon, Jawa Barat.

Konon, Persiwa merger dengan klub lokal dan banyak dihuni oleh pemain muda dari Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Sementara itu, kini di Liga 1 2019 menyisakan tiga klub yang lahir dari Papua, tapi hanya satu yang masih beridentitaskan Papua.

Aroma Papua sangat menyengat pada partai pekan pertama Shopee Liga 1 2019 antara Tira Persikabo kontra Perseru Badak Lampung FC di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Sabtu 18 Mei 2019. Percaya tidak percaya, kedua tim dulu lahir dan besar di Papua.

Tira Persikabo adalah jelmaan dari Persiram Raja Ampat. Pada 2016, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengakuisisi Persiram untuk otomatis berlaga di divisi teratas Liga Indonesia yang kini bertajuk Liga 1.

Satu lagi tim Papua yang akhirnya menyerah adalah Perseru Serui. Ternyata, perjuangan tak kenal lelah tim berjuluk Cendrawasih Jingga pada musim lalu itu adalah sajian terakhir untuk masyarakat Pulau Yapen, lokasi kota Serui.

Perseru adalah contoh nyata keyakinan yang tidak pernah mati. Sepekan sebelum musim lalu tuntas, Cendrawasih Jingga masih berada di peringkat ke-16, alias, batas terakhir zona degradasi. Kejaiban ada bagi Perseru. Kemenangan 3-2 atas Borneo FC pada laga pamungkas berhasil menyelamatkan Cendrawasih Jingga untuk bertahan di Liga 1 musim ini.

Sayang seribu sayang, Perseru menjadi tim kesekian yang kemudian lenyap dari Tanah Papua dan pindah ke daerah lain. Pada tahun ini, lisensi Perseru dijual dan dipindahkan ke Provinsi Lampung. Nama klub pun ikut berubah menjadi Perseru Badak Lampung FC. Identitas Perseru di depan nama Badak Lampung pun diyakini akan hilang seiring berjalannya waktu. (*/dbs)