Arak-Arakan Semesta: Sebuah Renungan Kosmis

[Obituari
Agoes Widjanarko dan M. Harya Ramdhoni]
HERI WARDOYO | Satupena Lampung
---- KITA
tiba di alam semesta ini seperti partikel mungil yang tersapu arus tak
terbendung. Tanpa pilihan, kita muncul tepat di suatu titik dalam ruang dan
waktu; bagian tarian kosmik yang terhampar milyaran tahun sebelum kita ada dan
terus berlanjut lama setelah kita lenyap.
Atom dalam
tubuh kita ditempa dalam inti bintang-bintang kuno yang meledak bermilyar tahun
silam. Kita adalah hasil dari proses kelahiran dan kematian benda-benda langit,
bagian dari arak-arakan materi yang berpindah dari satu bentuk ke bentuk lain
-- tanpa henti, tanpa putus.
Seperti
kunang-kunang di jagat raya, kita bepergian bersama orang-orang lain, bersama
orangtua kita, kerabat, saudara, bahkan juga lawan. Kita pun berkeliaran
bersama bentuk kehidupan lain, dari bakteri tak kasat mata sampai gajah yang
megah, bersama batu, lumut, laut, juga aurora; bersama meteor, planet, serta
bintang, kuark, foton, supernova, dan lubang hitam, peluru dan telepon seluler,
dan ... banyak sekali ruang kosong yang tak tepermanai banyaknya.
Arak-arakannya
kaya, penuh warna, ramai dan misterius. Sebagai manusia, kelak kita akan
meninggalkan itu semua. Tapi arak-arakan ini terus berlanjut. Lama sekali dari
sekarang, arak-arakan itu akan pudar seperti hantu menjelang pagi, larut dalam samudera
energi tempat asalnya.
Allah Maha
Pencipta
Comments