Kalau Cuma Biasa-biasa Saja, Jangan Coba-coba Nyalon Walikota
Oleh: Edi Purwanto, wartawan
--- Menarik, saya dapat kalimat ini ketika bareng
teman-teman di gardu ronda usai nonton siaran langsung sepakbola Asia, Indonesia
lawan Australia yang berakhir dengan kemenangan Indonesia 1-0, dan ini menjadi
inspirasi obrolan kami malam Jumat lalu.
Menarik, kenapa Indonesia bisa menang lawan Australia,
yang secara kualitas sering banyak yang membedakan satu atau dua strip.
Faktanya Indonesia menang. Walaupun sebelumnya mendapat
hukuman tendangan penalty. Faktanya Indonesia tidak kebobolan. Dan itu fakta,
bukan rekayasa.
Meskipun mental Indonesia sebelumnya dibikin ambruk oleh
seolah pengadilan yang tidak adil, Nasrullo Kabirov warga Tajikistan itu,
mengkartu merahkan dua pemain Indonesia hingga Garuda Muda bermain dengan 9
orang.
Namun jika gusti Allah mau menolong kita, maka tidak
perlu promosi dan woro-woro lagi, langsung menurunkan pertolongannya.
Buktinya, Indonesia malah menang dengan heroik lawan tim
U-23 Australia yang sebelumnya adalah anggota dari sepakbola Oceania itu.
Aussie, bukanlah level Asia sebenarnya.
Yang terakhir tambah gahar. Yordania dibenamkan Garuda
Muda Indonesia dengan 1-4. Ini sebuah pencapaian luar biasa. Indonesia yang sebelumnya
dianggap tidak layak masuk putaran piala Asia, kini jadi Garuda dewasa dan
menerkam lawan-lawannya dengan garang.
Nah itulah sepakbola, bola itu bundar, bulat. Dan sulit
ditebak dengan pasti. Tapi politik? Sangat sulit ditebak, kecuali Pilpres
Indonesia tahun 2024 lalu. (Sorry ke situ sedikit )
Lalu bagaimana dengan kontestasi Walikota Bandarlampung
tahun 2024 ini?
Setelah beberapa teguk kopi, mulailah menghangatkan
obrolan gardu ronda yang seolah-olah teman-teman saya dan juga saya seperti
pengamat politik yang fasih dengan kondisi politik negeri ini. Padahal,
boro-boro ngerti. Kita-kita juga bukan anggota apalagi pengurus partai politik.
Ada yang nyeletuk, “politikus gardu ronda”. Ya nyatanya
memang begitu. Kita-kita ini menjadi terpuaskan kalau sudah berdebat hebat di
gardu ronda tak ingat waktu lagi.
“Syahwat politik kita kan sebatas di gardu ini aja. Tapi
kalau tidak diungkapkan, kayaknya gak bakal bisa tidur say amah,” ujar bang
Ade, warga yang paling aktif nonton TV di gardu Covid 19.
Nah kana da istilah lagi, Gardu Covid-19. Iya gardu ini
dibangun dan dilengkapi kamar mandi dan juga televisi sekarang sudah pakai STB
juga. Dulu untuk poskok Covid-19 petugas Kelurahan yang piket sepanjang 24 jam
secara bergiliran.
Mengakar Serabut
Balik ke Walikota Bandarlampung. Ada yang melempar
pembicaraan bahwa Bunda Eva akan sulit dikalahkan untuk Pilkada tahun ini.
Ini didasarkan dengan pola yang dikembangkan dalam
membina lumbung suara di Bandarlampung sudah sangat massif. Sudah terpola.
Meskipun banyak pihak berkritik, berkeluh kesah, tetapi tetap saja berjalan
dengan apa adanya.
Ini juga didasarkan pada bukti bahwa Bunda Eva bisa
meraup suara sangat besar bahkan menarik beberapa nama untuk ikut lolos ke DPRD
Provinsi, jaman masih nyalon DPRD.
Lalu perolehan suara waktu Pilwalkot juga demikian
besarnya kepercayaan masyarakat yang diberikan kepada Eva Dwiana, yang saat itu
masih sangat harmonis dengan Herman HN.
Meskipun digoyang-goyang isu dan berbagai kabar-kabar
burung terkait masalah keluarga, tampaknya Eva Dwiana masih tetap kuat daya
cengkeramnya di Bandarlampung.
Buktinya lagi, anak perempuannya mulus ke DPR RI pada
Pileg lalu, dengan dulangan suara terbanyak dari Kota Tapis Berseri ini.
Diskusi Gardu Ronda juga terus bergulir, meramalkan
siapa-siapa yang layak menantang Eva Dwiana pada periode 2024 ini. Di media
beredar berbagai nama yang sudah mendapatkan mandat dari masing-masing
partainya untuk maju ke Pilwalkot Bandarlampung.
Dari beberapa partai yang “mengutus” kadernya menuju
BE-1-A, siapapun mereka harus bukan yang biasa-biasa saja. Ini masih kata bang
Adek. “Ngapain kalau Cuma kolang-kaling
maju ke Pemilihan Walikota, buang-buang tenaga dan buang duit aja.” Katanya.
Dus. Sekuat
itukan Bunda Eva di Kota Bandarlampung?
Soalnya, sahut Bang Asnal, Bunda Eva itu sudah mengakar
serabut di Bandarlampung.
Apa yang dimaksud mengakar serabut juga jadi pokok
bahasan lagi untuk tambahan ngopinya, karena kebetulan ada yang datang membawa
gorengan. Om Soni.
Yaa akhirnya diskusi gardu ronda ini mengerucut, bahwa
memang siapapun yang akan maju ke Pilwalkot Bandarlampung harus punya persiapan
yang baik dan matang.
Jika dulu pernah muncul bahwa Rahmat Mirzani maju
Pilwalkot, dan banyak pihak sudah terbelalak dengan prakiraan bahwa ini lawan
Bunda Eva yang sebenarnya, maka sekarang sudah padam lagi, lantaran Mirza
nyalon Gubernur.
Nah, siapa yang siap untuk itu? Masih kita tunggu
bersama. Karena persiapan bukan Cuma diutus dan diusung partai saja, tetapi
mumpuni di segala bidang baik teknis maupun non teknis, termasuk cisss. ***
Comments